Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Agama Islam
Ilmu
pengetahuan akhlak dalam ajaran lslam didasarkan pada Al-qur’an dan hadis.
Ilmunya disebut ilmu akhlak yaitu suatu pengetahuan yang mempelajari tentang
akhlak manusia. Akhlak dalam ajaran Islam merupakan jalan hidup manusia yang
paling sempurna dan menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua
itu terkandung dalam firman Allah dan sunah Rasul.
Perhatian
ajaran Islam terhadap pembinaan akhlak ini lebih lanjut dapat dilihat dari
kandungan Al-qur’an dan hadis yang
banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil,
menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan kemungkaran. Tujuan
dari setiap tingkah laku dalam Islam adalah mendapat ridha Allah.
Beberapa
pokok-pokok akhlak yang bisa dijumpai dalam Al-qur’an diantaranya adalah pada
QS An-Nahl ayat 90 dan 97, serta QS Al-Qassas ayat 77. Ayat-ayat tersebut memberikan petunjuk dengan jelas
bahwa Al-qur’an sangat memperhatikan masalah akhlak, dan sekaligus menunjukkan
macam-macam perbuatan yang termasuk Akhlak yang mulia. Selain ayat-ayat diatas
masih banyak lagi yang nantinya bisa ditemukan didalam Al-qur’an yang berkaitan
dengan akhlak.
Selanjutnya perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak
juga dapat dijumpai pada salah satu hadis Nabi Muhammad SAW, yaitu:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ
لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ [رواه البخاري ومسلم]
Artinya :
“Dari
Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata
baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia
menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya” (Riwayat Bukhori
dan Muslim)
Dari hadits diatas dapat dipahami
bahwa memuliakan tamu termasuk diantara kemuliaan
akhlak dan pertanda komitmennya terhadap syariat Islam. Selain hadits diatas
akan masih banyak lagi hadis-hadis yang membahas tentang akhlak.
Sabda Nabi SAW:
عن عبد الله حد ثي أبى سعيدبن منصور قال : حدثنا عيد العزيز بن محمد عن محمد
بن عجلا عن القعقاع بن حكم عن أبي صالح عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صا.م :
انما بعثت لأ تمم صالح الاخلاق .(رواه احمد)
Artinya:
“Dari Abdullah
menceritakan Abi Said bin Mansur berkata : menceritakan Abdul Aziz bin Muhammad
dari Muhammad bin ‘Ijlan dari Qo’qo’ bin Hakim dari Abi Shalih dari Abi
Hurairoh berkata Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”. (H.R.Ahmad)
Dengan hadis diatas, tidak diragukan lagi bahwa Nabi
Muhammad adalah guru terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan alasan diutusnya
beliau dimuka bumi inipun adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Adapun tokoh yang pertama kali menggagas atau menulis
tentang ilmu akhlak dalam Islam sampai saat ini masih terus diperbincangkan,
berikut ini adalah beberapa tokoh yang dianggap pertama kali menggagas dan
menulis ilmu akhlak beserta dengan teorinya:
1.
Ali bin Abi Thalib
Berdasarkan
sebuah risalah yang ditulis Ali bin Abi Thalib untuk putranya, Al-Hasan,
setelah kepulangannya dari perang Shiffin maka Ali bin Abi Thalib dianggap
sebagai tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak. Didalam risalah tersebut
terdapat banyak pelajaran akhlak dan berbagai keutamaan. Kandungan risalah ini
tercermin pula dalam kitab Nahj
Al-Balaghah yang banyak dikutip oleh ulama Sunni, seperti Abu Ahmad bin
‘Abdillah Al-‘Askari dalam kitabnya Az-Zawajir
wa Al-Mawa’izh.
2.
Isma’il bin Mahran Abu An-Nashr As-Saukani
Isma’il bin Mahran Abu An-Nashr As-Saukani adalah
ulama abad ke-2 H. Ia menulis kitab Al-Mu’min
wa Al- Fajir, yaitu kitab akhlak yang pertama kali dikenal dalam Islam.
Oleh karena itu Isma’il bin Mahran Abu An-Nashr As-Saukani dianggap sebagai
orang Islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak. Setelahnya, dikenal
tokoh-tokoh akhlak walaupun mereka tidak menulis kitab tentangnya, seperti Abu
Dzar Al-Ghifari, ‘Ammar bin Yasir,
Nauval Al-Bakkali, dan Muhammad bin Abu Bakr.
3. Ja'far bin Ahmad
Ja’far bin Ahmad Al-Qummi pada abad ke-3 H. Ia menulis kitab Al-Mani’at min Dukhul Al-Jannah.
Adapun tokoh-tokoh lainnya yang secara khusus berbicara dalam bidang akhlak diantaranya adalah Ar-Razi (250-313 H), Ali bin Ahmad Al-Kufi (abad ke-4 H), Abu Nashr Al-Farabi (abad ke-4 H), Ibnu Sina (370-428 H), Ibnu Maskawaih (abad ke-5 dan wafat tahun 421 H), Warram bin Abi Al-Fawaris (abad ke-6 H), Syekh Khawajah Nashir Ath-Thusi (abad ke-7 H), Asy Syairazi, dan Hasan bin Amin Ad-Din.
3. Ja'far bin Ahmad
Ja’far bin Ahmad Al-Qummi pada abad ke-3 H. Ia menulis kitab Al-Mani’at min Dukhul Al-Jannah.
Adapun tokoh-tokoh lainnya yang secara khusus berbicara dalam bidang akhlak diantaranya adalah Ar-Razi (250-313 H), Ali bin Ahmad Al-Kufi (abad ke-4 H), Abu Nashr Al-Farabi (abad ke-4 H), Ibnu Sina (370-428 H), Ibnu Maskawaih (abad ke-5 dan wafat tahun 421 H), Warram bin Abi Al-Fawaris (abad ke-6 H), Syekh Khawajah Nashir Ath-Thusi (abad ke-7 H), Asy Syairazi, dan Hasan bin Amin Ad-Din.
Komentar