Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Ibadah dan Pembagiannya

  1.         PENGERTIAN IBADAH Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: a.       I badah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. b.       Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. c.        Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Dalam ajaran Islam manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau dengan kata lain beribadah kepada Allah dalam QS Adz Dzaariyat ayat 56 yang artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. ( QS. Adz-Dzaariyaat : 56). Dan manusia

Hadas dan Najis

1.       PERBEDAAN HADATS DAN NAJIS a)       Pengertian hadats dan najis Hadats adalah sebuah hukum yang ditujukan pada tubuh seseorang dimana karena hukum tersebut dia tidak boleh mengerjakan shalat.  Hadats terbagi menjadi dua: Hadats akbar yaitu hadats yang hanya bisa diangkat dengan mandi junub, dan Hadats ashghar yaitu yang cukup diangkat dengan berwudhu atau yang biasa dikenal dengan nama ‘pembatal wudhu’. Najis adalah semua perkara yang kotor dari kacamata syariat, karenanya tidak semua hal yang kotor di mata manusia langsung dikatakan najis, karena najis hanyalah yang dianggap kotor oleh syariat. Misalnya tanah atau lumpur itu kotor di mata manusia, akan tetapi dia bukan najis karena tidak dianggap kotor oleh syariat, bahkan tanah merupakan salah satu alat bersuci. b)      Beberapa perbedaan antara hadats dan najis di kalangan fuqaha` yaitu: 1.       Hadats adalah hukum atau keadaan, sementara najis adalah zat atau benda. 2.       Hadats membatalkan wudhu s

KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA

Gambar
           Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, Kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam perkembangannya, Kerajaan Safawi sering bentrok dengan Turki Usmani. Berbeda dari dua kerajaan besar Islam lainnya (Usmani dan Mogul), Kerajaan Safawi menyatakan Syiah sebagai mazhab negara. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Usmani. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Syekh Safiuddin ( 1252-1335 M). Syekh Safiudin berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Dari Iman Syiah yang keenam, Musa al Kazim. Syekh Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid al Gilani. Safiuddin mendirikan Tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pada m

Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Umayyah

Baca Juga : Khalifah-Khalifah pada Masa Bani Umayyah Penyebab Runtuhnya Dinasti Umayyah Sejarah Berdirinya Bani Umayyah Perkembangan Islam pada Masa Bani Umayyah Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi. Desentrasi artinya pendidikan tidak hanya terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah dikembangkan secara otonom di daerah yang telah dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial. Sistem pendidikan ketika itu belum memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, ilmu sastra, dan seni seperti seni bangunan, seni rupa, maupun seni suara. Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang

Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah SAW

         Pertumbuhan ilmu pengetahuan telah terjadi sejak Rasulullah mendakwahkan agama islam, wahyu pertamanya yaitu surat Al-alaq ayat 1-5 bercerita tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, didalam wahyu tersebut terdapat perintah untuk membaca, Allah pun menegaskan bahwa hakikat ilmu datangnya dari Allah dan awalnya manusia tidak mengetahui apa-apa. Kata Iqra’ pada ayat ke-1 surat Al-alaq memiliki makna yang beragam, seperti menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, membaca baik teks maupun bukan teks. Pada masa Rasulullah SAW ilmu pengetahuan belum begitu pesat seperti pada masa sekarang. Ketika itu umat islam masih terfokus pada penyebaran agama islam. Al-Qur’an dan Hadits masih menjadi pedoman umat islam pada waktu itu. Ilmu pengetahuan langsung bersumber dari Rasulullah melalui wahyu dari Malaikat Jibril. Selain itu para sahabat selalu menghafal ayat-ayat yang telah mereka dengar dari Rasulullah SAW. Pada masa Rasulullah, ilmu pengetahuan lebih banyak ber