Dinasti Abbasiyah
Dalam
peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan
ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak
kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik,
dan Ilmu pengetahuan.
Hal inilah
yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam
bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang
melampaui kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa
dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka akan
memotifasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban
ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu
kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.
Dinasti
Abbasiyah mewarisi imperium dari Dinasti Umayyah. Hasil besar yang telah
dicapai oleh Dinasti Abbasiyah dimugkinkan karena landasannya telah
dipersiapkan oleh Umayyah dan Abbasiyah memanfaatkannya.[1]
Dinasti Abbasiyah berkedudukan di Baghdad. Secara turun temurun kurang lebih
tiga puluh tujuh khalifah pernah berkuasa dinegeri ini. Pada dinasti ini Islam
mencapai puncak kajayaannya dalam segala bidang. Dinasti Abbasiyah merupakan
dinasti terpanjang, berkisar antara 132-656 H/750-1258 M.[2]
Dinamakan
kekhalifahan Abbasiyah, karena para pendiri dan penguasa dinasti ini merupakan
keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad saw.[3]
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn Al-Abass. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang. Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, budaya.[4]
Dinasti
Abbasiyah mencapai keberhasilannya disebabkan dasar-dasarnya telah berakar
semenjak Umayyah berkuasa. Ditinjau dari proses pembentukannya, Dinasti
Abbasiyah didirikan atas dasar-dasar antara lain.[5]
a.
Dasar
kesatuan untuk menghadapi perpecahan yang timbul dari dinasti sebelumya;
b.
Dasar
universal (bersifat universal), tidak berlandaskan atas kesukuan;
c.
Dasar
politik dan administrasi meyeluruh, tidak diangkat atas dasar keningratan;
d.
Dasar
kesamaan hubungan dalam hukum bagi setiap masyarakat Islam;
e. Pemerintahan
bersifat Muslim moderat, ras arab hanyalah dipandang sebagai salah satu bagian
saja diantara ras-ras lain;[6]
f.
Hak
memerintah sebagai ahli waris Nabi masih tetap ditangan mereka.
Berdasarkan
perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi
masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode.[7]
a.
Periode
pertama (132H/750M - 232H/847), disebut periode pengaruh Persia pertama.
b.
Periode
kedua (232H/847M - 334H/945M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
c. Periode
ketiga (334H/945M - 447H/1055M), masa
kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini
disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d. Periode
ke-empet (447H/1055M – 590H/1194M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam
pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki kedua.
e. Periode
kelima (590H/1194M – 656H/1258M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
[1] Syeh Mahmudunnasr.
Islam Is Concept and History, Kitab Bhavana, New Delhi, 1981, hal.185
[2] Ajid Thohir. Perkembangan
Peradaban DiKawasan Dunia Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004,
hal.44
[3] Drs. Murodi, MA. Sejarah
Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah, Karya Toha Putra, Semarang, 2003, hal.51
[4] Bojena Gajane
Stryzewska. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, Al-Maktab Al-Tijari, Beirut,
Tanpa Tahun, hal.360
[5] Ajid Thohir. Loc
cit.
[6] Philip K. Hitti. History of Arab, The Macmillan press LTD,
London and Basing Stoke, 1974, hal.289
[7] Dr. Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2010, hal.49-50
Baca Juga :
Baca Juga :
Komentar