Perkembangan Islam pada Masa Khalifah Usman bin Affan
KHALIFAH USMAN BIN AFFAN 23-25 H (644-656 M)
Usman bin affan adalah anak dari Abil Ash ibnu Umaiyah. Dilahirkan
di waktu Rasulullah berusia 5 tahun dan masuk Islam atas seruan Abu Bakar ash
Shiddiq. Sebelum agama Islam datang dan sesudahnya juga, beliau terhitung
saudagar besar dan kaya, dan sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk
kepentingan agama Islam.
Di waktu Rasulullah mengerahkan “Jaisyul’Usrah”
(Balatentara yang dikerahkan dalam waktu kesukaran, yakni pada peperangan
Tabuk) Usman mendermakan 950 ekor unta, 59 ekor kuda dan seribu dinar untuk keperluan
laskar Islam. Pada peristiwa-peristiwa sebelumnya pun Usman banyak kali
mendermakan hartanya dengan tidak ditahan-tahannya, untuk kemenangan Islam.
Beliau termasuk sahabat yang telah diberi kabar gembira oleh Rasulullah akan
masuk syurga. Ada diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda : “Tiap-tiap
Nabi memounyai teman, temanku di syurga ialah Usman”.
1.
Usman diangkat Menjadi Khalifah
Di
waktu Umar kena tikam, Usman tiada bermaksud hendak mengangkat penggantinya.
Faktor-faktor yang mendorong Abu Bakar untuk menunujuk penggantinya sudah tidak
ada lagi. Balatentara Islam telah mendapat kemenangan dan keadaan stabil,
tetapi kaum muslimin khawatir kalau-kalau terjadi perpecahan sudah Umar
meninggal dunia, karena itu mereka mengusulkan agar Umar menunujuk siapa yang
akan jadi pengganti beliau.
Ada diriwayatkan, bahwa Umar pernah berkata : “Andaikata
saya menunjuk siapa yang akan menjadi khalifah sesudah saya, maka telah pernah
orang yang lebih baik dari pada saya (maksudnya Abu Bakar) menunujuk orang yang
akan menjadi khalifah sesudahnya. Dan
kalau saya tidak menunjuk, maka telah pernah pula orang yang lebih baik
daripada saya (maksudnya Rasulullah SAW) berbuat demikian.”
Pada waktu itu kalau kita pelajari iklim dan suasana
keadaan di masa itu, jelaslah bahwa Umar dalam ragu-ragu. Beliau tidak hendak memikul tanggung jawab terhadap
kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang sesudah dia wafat. Beliau tiada pula
ingin kaum Muslimin terpecah belah.
Pengangkatan Utsman bin Affan menjadi khalifah dilakukan melalui
tim formatur. Tim formatur ini dibentuk oleh Umar Ibn Khatab yang terdiri atas
enam orang shahabat terkemuka untuk menentukan pengganti beliau sebagai
khalifah. Enam orang shahabat yang yang menjadi tim formatur adalah Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin
Abi Waqash, dan untuk menghindari hal-hal chaos dalam pemilihan, Umar
kemudian mengangkat anaknya, Abdullah bin Umar, dengan hanya memiliki hak
pilih, dan tidak berhak untuk dipilih. Akan tetapi waktu pemilihan Thalhah
tidak ada di tempat, dan baru kembali ke Madinah setelah pemilihan selesai
dilakukan. Kemudian setelah melalui persaingan yang begitu ketat dengan Ali bin
Abi Thalib, akhirnya tim musyawarah (formatur) memilih Utsman bin Affan sebagai
khalifah ketiga, menggantikan pedahulunya Umar bin Khatab wafat.
2.
Kesuksesan Usman bin Affan dalam
memerintah
1)
Perluasan wilayah
Perluasan Islam di masa Usman dapat disimpulkan pada dua bidang,
yaitu sebagai berikut:
v Menumpas
pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi di beberapa negeri yang telah masuk
ke bawah kekuasaan Islam di zaman Umar. Setelah Umar berpulang ke kerahmatullah
ada daerah-daerah yang mendurhaka kepada pemerintah Islam. Pendurhakaan itu
ditimbulkan oleh pendukung-pendukung pemerintahan yang lama atau dengan kata
lain ada sementara pamompraja dari pemerintahan lama (pemerintahan sebelum
daerah itu masuk ke bawah kekuasaan Islam) ingin mengembalikan kekuasaannya.
Daerah-daerah yang mendurhaka itu terutama ialah Khurasan dan Iskandariyah.
v Melanjutkan
perluasan Islam ke daerah-daerah yang sampai di sana telah terhenti pada
perluasan Islam di Umar. Perluasan Islam boleh dikatakan meliputi semua daerah
yang telah dicapai balatentara Islam di masa Umar. Perluasan ini di masa Usman
telah bertambah dengan perluasan ke laut. Kaum muslimin pada masa itu pun telah
mempunyai angkatan laut.
Di masa Usman, negeri-negeri seperti, Barqah, Tripoli Barat dabn
bagian selatan negeri nubah, telah masuk dalam wilayah Negara Islam. Kemudian
negeri-negeri Armenia dn beberapa bagian Thabaristan, bahkan kemajuan tentara
Islam telah melampaui sungai Jihun di Amu Daria. Jadi daerah “Mawaraan Nahri”
(negeri-negeri seberang sungai Jihun) telah temasuk wilayah Negara Islam dan
negeri-negeri Baktaria, Harah, Kabul dan Ghaznah di Turkastan pun telah
diduduki kaum Muslimin. Dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh
Mu’awiyah ibnu Abi Sofyan, pada tahun 28 H pulau Cyprus juga dapat di taklukkan
dan dimasukkan ke dalam wilayah Islam.
Salah satu pertempuran yang penting di laut pada masa Usman ialah
pertempuran “Dzatis Sawari” (Pertempuran Tiang Kapal). Pertempuran ini terjadi
pada tahun 31 H di laut tengah dekat kota Iskandariyah, antara tentara Romawi
di bawah pimpinan kaisar Constantine dengan bala tentara Islam di bawah
pinmpinan Abdullah ibnu Abi Sarah, yang menjadi gubernur di Mesir. Pertempuran
ini dinamakan Dzatis Sawari karena banyaknya kapal-kapal perang yang ikut dalam
peperangan ini. Konon kabarnya kapal-kapal tersebut ada 1000, 200 kepunyaan
kaum Muslim dan sisanya adalah kepunyaan bangsa Romawi. Dalam pertempuran ini
kaum Muslimin telah berhasil mengalahkan tentara Romawi.
2)
Perlusan Masjid dan Penyalinan Al-Quran
Khalifah Utsman adalah khalifah pertama yang melakukan perluasan
terhadap masjid Nabawi di Madinah dan Masjid al-Haram di Makah. Dan beliau juga
yang pertama kali menentukan adzan awal menjelang shalat jumat. Selain
melakukan perluasan Masjid, khalifah Utsman juga melakukan kodifikasi al-Quran.
Kodifikasi al-Quran ini merupakan lanjutan kerja yang telah dirintis oleh
khalifah Abu Bakar, dengan inisiatif Umar ibn Khatab. Pengkodifikasi al-Quran
pada masa khalifah Utsman dilakukan karena terjadi perbedaan pendapat tentang
bacaan al-Quran (qiraat al-Quran), yang menimbulkan percekcokan antara
guru dan muridnya.
Panitia
pengkodifikasian al-Quran yang dibentuk oleh khalifah Utsman bin Affan ini
pertama-tama melakukan pengecekan ulang dengan meneliti mushaf yang sudah
disimpan di rumah Hafsah dan membandingkannya dengan mushaf-mushaf yang lain. Ketika itu terdapat empat mushaf al-Quran yang merupakan catatan
pribadi.
1)
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ali bin Abi Thalib, terdiri atas 111
surah. Surah pertama adalah surah al-Baqarah dan surah terakhir adalah surah al-Muawidzatain.
2)
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ubay bin Ka’ab, terdiri atas 105
surah. Surah pertama adalah al-Fatihah dan surah terakhir adalah surah an-Nas.
3)
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ibn Mas’ud, terdiri atas 108 surah.
Surah yang pertama adalah al-Baqarah dan yang terakhir adalah surah Qulhuwallahu
Ahad.
4)
Mushaf al-Quran yang ditulis oleh Ibn Abbas, terdiri atas 114 surah.
Surah pertama adalah surah Iqra dan yang terakhir adalah aurah an-Nas.
Tugas tim adalah
menyalin mushaf al-Quran yang disimpan dirumah Hafsah dan menyeragamkan qiraat
atau bacaanya mengikuti dialek Quraisy. Kemudian setelah berhasil, Zaid bin
Tsabit mengembakanya kepada Hafsah. Kemudian salinan itu dikirim juga ke
Makkah, Madinah, Bashrah, Kuffah, dan Syiria serta salah satunya disimpan oleh
Utsman bin Affan yang kemudian disebut mushaf al-imam. Sedangkan mushaf
yang lain, diperintahkan untuk dibakar. Terlepas dari perbedaan
pendapat, dengan adanya mushaf utsmani ini telah berhasil mengeluarkan
masyarakat muslim dari kemelut, yang diakibatkan dari perbedaan bacaan al-Quran
(qiraat).
3)
Sistem Pemerintahan
Sitem pemerintahan pada masa Utsman bin Affan
dilakukan dengan memberikan otonomi penuh kepada daerah. Hal ini berbeda dengan
pada masa khalifah Abu Bakar dan Urmar, wilayah hanya dibedakan menjadi dua,
yakni wilayah yang pemimpinya memiliki otonomi penuh, dan pemimpinnya disebut amir,
dan wilayah yang tidak memiliki otonomi penuh dan pemimpinnya disebut wali.
Pada zaman khalifah Utsman bin Affan terjadi perubahan system pemerintahan,
sehingga semua wilayah memiliki otonomi penuh. Oleh karena itu semua pemimpin
wilayah —jabatan setingkat gubernur— yang berjumlah sepuluh wilayah bergelar amir.
An-Najjar sebagaimana dikutif oleh Jaih Mubarok, pembagian wilayah otonomi
dan amirnya sebagai berikut:
No
|
Wilayah
|
Nama Amir
|
1.
|
Makah
|
Nafi Ibn
Abdul Harits al-Khuza
|
2.
|
Tha’if
|
Sufyan bin
Abdullah al-Tsaqafi
|
3.
|
Shan’a
|
Ya’la bin
Munbih
|
4.
|
Jand
|
Abdullah ibn
Abi Rabi’ah
|
5.
|
Bahrain
|
Utsman ibn
Abi al-Ash al-Tsaqafi
|
6.
|
Kuffah
|
Al-Mughirah
Ibn Syu’bah al-Tsaqafi
|
7.
|
Bashrah
|
Abu Musa
Abdullah Ibn Qais al-Asy’ari
|
8.
|
Damaskus
|
Muawiyah ibn
Abi Sufyan
|
9.
|
Hims
|
Amir ibn Sa’d
|
10.
|
Mesir
|
Amr Ibn
Al-Ash
|
Pemerintahan khalifah Utsman bin Affan
berlangsung selama 12 tahun, dibagi menjadi dua priode, enam tahun pertama
merupakan pemerintahan yang bersih dari pengangkatan kerabat sebagai pejabat
Negara. Sedangkan priode kedua enam tahun terakhir merupakan priode
pemerintahan yang tidak bersih dari pengangkatan kerabat sebagai pejabat
Negara. Rupaya khalifah Utsman ini melupakan pesan pendahulunya khalifah Umar
bin Khatab, agar khalifah setelahnya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat
Negara.
3.
Kelemahan Usman
dalam pemerintahan Islam dan penyebab terbunuhnya Usman bin Affan
Usman menjabat sebagai Khalifah selama dua periode, pada periode
pertama ia populer, periode kedua ia menyedihkan. Disini keadaan politik
berbalik mundur. Timbul gejolak politik, huru-hara silih berganti, petisi dan
intrik merajalela yang kemudian membuahkan pembunuhan dirinya pada hari Jum’at,
tanggal 8 Dzulhijjah tahun 35 H. Pada saat itu Khalifah Usman sedang membaca
Al-Qur’an, sehingga bajunya berlumuran darah.
Kerusuhan yang berlanjut dengan pembunuhan Usman, nampaknya berawal
dari sistem kepemimpinan Khalifah Usman sendiri yang dinilai tidak adil dan
tidak bijaksana. Diketahui bahwa selama Usman berkuasa, ia banyak mengangkat
kerabatnya, seperti Marwan bin Hamka yang selanjutnya mengangkat pula
orang-orang Bani Umaiyyah lainnya sebagai pejabat tinggi dan penguasa negara.
Marwan telah tampil sebagai penyelenggara pemerintahan yang sebenarnya,
sedangkan Usman tak lebih dari boneka ditangan. Marwanlah yang bertanggung
jawab atau menutupi tindakan-tindakan tak terpuji para pejabatnya. Terutama
Hisyam paman Usman atau ayahanda Marwan. Kejujuran kedua orang ini diragukan.
Hisyam misalnya, pernah membocorkan rahasia negara pada zaman Rasulullah. Oleh
karena itu ia diasingkan dan dipecat oleh Rasulullah. Tetapi pada zaman Usman,
ia bukan saja dipanggil pulang untuk berkumpul, tetapi diberi hadiah seratus
ribu mata uang perak dan sebidang tanah milik negara. Sementara Marwan diangkat
sebagai sekretaris negara.
Selain itu Usman mengangkat pula Muawiyah sebagai gubernur di
Siria, dan Sa’ad bin Surrah menjadi wali negeri Mesir. Muawiyah dikenal sebagai
musuh Rasululloh yabng paling gabnas pada perang Uhud. Sedangkan Abdullah bin
Sa’ad pernah mengubah kata-kata wahyu yang didiktekan Rasulullah pada saat ia
menjadi sekretaris Rasulullah. Orang yang demikian justru diberi kedudukan oleh
Usman.
Sebab-sebab lain yang menimbulkan kerusuhan dan membawa kematian
Usman, disebutkan oleh Abu Zahrah sebagai berikut :
1.
Usman tertalu baik hati kepada pembesar-pembesar Muhajirin dan para
pejuang angkatan pertama dari kalangan kerabatnya.
2.
Usman terlalu mempercayai kerabatnya – meskipun hal demikian tidak
berdosa dan tercela sampai-sampai Usman menyerahkan urusan pemerintahan kepada
mereka, termasuk meminta perndapat tentang permasalahan pemerintah yang tengah
dihadapi. Sedangkan mereka bukan termasuk orang yang dapat dipercaya.
3.
Sebagai akibat Usman begitu banyak menyerahkan urusan
pemerintahan kepada kaum kerabatnya itu, maka akhirnya yang menangani
masalah-masalah penting pemerintahannya dalah orang-orang yang sama sekali
belum kuat keislamannya.
4.
Usman terlalu lemah kepada para bawahannya, sedangkan
bawahannya itu sebagian tidak berlaku adil, yang menyebabkan rakyat merasa
tidak puas.
5.
Sebagai sebab yang paling fatal adalah adanya orang-orang yang
dendam atas Islam – mereka masuk Islam luarnya saja, sedangkan dalam hatinya
kafir.
Sebagai
akibat dari sistem politik yang dijalankan Usman serupa itu (nepotisme), maka
timbul reaksi yang kurang menguntungkan bagi Khalifah Usman khususnya dan
pelajran bagi umat Islam pada umumnya. Sahabat-sahabat Nabi yang pada mulanya
menyokong Usman, akhirnya berpaling menjadi lawannya.
Sementara
itu pengaduan-pengaduan dari setiap wilayaj kekuasaan Usman berdatangan ke
Madinah. Namun pengaduan-pengaduan dari setiap wilayah kekuasaan Usman
berdatangan ke Madinah. Namun pengaduan-pengaduan tersebut kurang diperhatikan,
bahkan banyak yang ditolak sambil mencarinya. Bersamaan dengan itu terdapat
gerakan masa yang terdiri dari 12.000 orang yang diketuai oleh Muhammad, putera
Khalifah Abu Bakar datang ke Ibukota untuk menyampaikan keberatan-keberatan
kepada khalifah Usman. Menghadapi huru-hara dan gejolak politik seperti itu,
Usman pernah meminta nasehat kepada Ali bin Abi Thalib dan Ali mengatakan
kepadanya agar berjanji untuk memperhatikan dan pengindahkan segala usul dan
protes mereka dengan sebaik-baiknya. Namun usul dan nasehat Ali tidak ia hiraukan.
Dari pihak Usman malah mengirim surat kepada Kepala daerah di Mesir. Abdullah
bin Abi Sarah yang isinya memerintahkan agar membunuh toko-toko Mesir dalam
perjalanan mereka pulang dari Madinah. Tetapi seorang dari mereka berhasil
menangkap surat tersebut, kemudian kembali ke Madinah dan berhasil membunuh
Khalifah Usman.
Dalam
pemberontakan sebagaimana disebutkan diatas, terdapat peranan yang dimainkan
oleh Abdullan bin Saba’ (seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam). Pada zaman
Khalifah Usman bin Affan. Ia memanfaatkan suasana ketidakpuasan dikalangan kaum
muslimin yang timbuk karena kelemahan politik Khalifah Usman.
4.
Akhir Masa Pemerintahan Usman
Mempelajari kerusuhan-kerusuhan yang telah mengakibatkan
terbunuhnya Usman, Banyak pembahasan-pembahasan yang mencurahkan perhatiannya
dan membuat penyelidikan khusus dalam soal ini.
Di waktu Nabi berpulang ke rahmatullah tidak ada
keinginan dari pihak bani Umayyah untuk menjadi khalifah, karena mereka baru
saja menganut agama Islam dan dulunya merupakan kenyataan bahwa Bani Umayyah
memusuhi Islam cukup lama. Tetapi
peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan Islam pada masa pemerintahan Abu Bakar
dan Umar memberi kesempatan kepada mereka untuk menyusuli ketertinggalan mereka
selama ini.
Komentar