Peranan Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Inggris
Pembelajaran adalah
proses belajar mengajar yang didalamnya ada dua orang guru yang sangat
berperan. Guru berperan tidak hanya sebagai pengajar, tetapi guru juga berperan
sebagai perancang. Ahmad Rohani dan H. Abu Ahmadi mengatakan "guru adalah
sebagai desainer atau perancang pada pengajaran sekaligus pengelola atau
pelaksana pengajaran".[1]
Pembelajaran bahasa
Inggris dapat berjalan dengan baik apabila dilaksanakan oleh seorang guru yang
berkualitas serta dapat mencerminkan kemampuan seorang guru dalam mengelola
proses belajar mengajar. Ada sepuluh macam persyaratan atau faktor yang harus dimiliki oleh
seorang guru, yaitu:
1.
Penguasaan
Bahan
Sebelum guru mengajar
dimuka kelas, terlebih dahulu harus menguasai bahan pokok yang akan diajarkan sekaligus
bahan yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan menguasai
bahan maka guru dapat menyampaikan materi secara dinamis.
Nana Sudjana
mengemukakan bahwa: "penguasaan bahan pelajaran ternyata memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Makin tinggi penguasaan bahan, makin
tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa".[2]
2.
Pengelolaan
Program Belajar Mengajar
Seorang guru harus
mampu mengelola program belajar mengajar. Sebelum memulai pembelajaran guru
perlu merumuskan tujuan pengajaran yang akan dicapai, kemudian menyiapkan
segala sesuatu secara tertulis dalam suatu persiapan mengajar. Guru
berturut-turut melakukan pretest, menyampaikan materi pelajaran,
mengadakan postest dan perbaikan.
Dalam mengelola
proses belajar mengajar, guru perlu mengenal kemampuan siswa seperti motivasi
belajar, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
fisik dan psikis. Bagaimanapun siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda
dalam belajar. Dengan demikian, dalam satu kelas akan terdapat bermacam-macam
kemampuan. Ini perlu dipahami oleh seorang guru agar dapat mengelola program
belajar mengajar dengan tepat.
3.
Pengelolaan
Kelas
Suasana kelas yang
baik adalah kelas yang dapat memberikan kondisi yang kondusif. Oleh karena itu
guru harus bisa mengelola kelas agar tercipta proses interaksi belajar mengajar
yang baik. Dalam hal ini guru bisa melibatkan siswa secara langsung, mendidik
mereka bagaimana memelihara kelas dengan baik dan benar. Guru harus
bisa menyediakan iklim yang serasi. Iklim belajar tidak serasi bila ada anak
yang tidak terlibat dalam aktivitas belajar.
4.
Penggunaan
Media atau Sumber
Media digunakan untuk
memudahkan anak dalam memahami bahan pelajaran yang disajikan. Syaiful Bahri
Djamarah mengemukakan bahwa media pendidikan dapat digolongkan menjadi tujuh
kategori sebagai berikut:
1)
Real
thing adalah manusia (pengajar), benda yang
sesungguhnya (bukan gambar atau model) dan peristiwa yang sebenarnya terjadi.
2)
Verbal
representation adalah media tulis atau cetak.
misalnya buku teks referensi, dan bahan bacaan lainnya.
3)
Graphic
representation misalnya chart, diagram atau
lukisan.
4)
Still
picture seperti foto, slide, film strip, over
head projector transparancy. Still picture kadang-kadang hitam putih
kadang-kadang berwarna.
5)
Audio
(recording) seperti pita kaset, real tipe, piringan
hitam, sound track pada film ataupun pita pada video tipe.
6)
Program
adalah kumpulan informasi yang berurutan. Program biasa berbentuk verbal, (buku
teks) visual, maupun video.
7)
Simulations, media ini kita kenal sg istilah simulations and game, yaitu
suatu permainan yang merumuskan kejadian yang sebenarnya.[3]
Selain media tersebut
di atas masih ada lagi media yang lain seperti papan tulis, meja, kursi, dan
sebagainya. Semua media itu disebut media material, sebab semuanya konkret
dapat dilihat dengan mata.
Dalam proses belajar
mengajar, bukan hanya media material saja yang dijadikan penunjang pencapaian
tujuan, media non material pun juga hendaknya dipergunakan sebagai media
pendidikan. Pada umumnya media-media itu adalah berupa suruhan, hadiah, pujian,
larangan, nasehat, hukuman, peringatan, bimbingan dan sebagainya.
5.
Penguasaan
Landasan Pendidikan
Setiap guru haruslah
mengetahui landasan dasar pendidikan negaranya. Penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam
Undang-undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional yang berbunyi:
"Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara".[4]
Dalam undang-undang
di atas telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai suatu cita-cita
bagi segenap bangsa Indonesia. Intisari dari tujuan tersebut adalah untuk
membentuk manusia Indonesia yang paripurna dalam artian yang selaras, serasi
dan seimbang dalam pengembangan jasmani dan rohani. Itulah potret manusia
Indonesia seutuhnya, manusia Indonesia yang pancasilais
Intisari dari rumusan
tujuan pendidikan nasional tersebut juga didasarkan atas pancasila dan UUD
1945. Pancasila sebagai landasan ideal dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional.
Dalam buku UUD 1945 Bab XIII pasal 31 disebutkan bahwa:
1)
Tiap-tiap
warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
2)
Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan undang-undang.[5]
6.
Pengelolaan
Interkasi Belajar Mengajar
Dalam kegiatan
belajar mengajar, interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang
sangat dominan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya mentransfer
ilmu pengetahuan tetapi juga nilai-nilai kepada siswa sebagai subjek yang
belajar.
Kegiatan ini
melibatkan komponen-komponen yang saling menunjang dalam pencapaian tujuan
belajar siswa. Komponen-kompenen dalam belajar mengajar meliputi: Tujuan belajar, Bahan pelajaran., Kegiatan belajar
mengajar, Metode, Alat, Sumber belajar, dan Evaluasi.[6]
7.
Penilaian
Prestasi Siswa untuk Kepentingan Pengajaran
Prestasi belajar
siswa pada hakekatnya berbeda-beda. Persoalan ini perlu dipahami oleh seorang
guru, sehingga ia mudah mengambil tindakan konstruktif, baik bagi siswa yang
berprestasi tinggi maupun bagi siswa yang berprestasi rendah. Untuk itu secara
konkret guru dapat mengambil langkah-langkah yang menurut Sudirman A.M adalah
sebagai berikut:
a.
Mengumpulkan
data hasil belajar siswa.
1)
Setiap
kali ada usaha mengevaluasi selama pelajaran berlangsung.
2)
Pada akhir
pelajaran.
b.
Menganalisa
data hasil belajar siswa. Dengan langkah ini guru akan mengetahui:
1)
Siswa yang
menemukan pola-pola belajar yang lain.
2)
Berhasil
tidaknya siswa dalam belajar.
c.
Menggunakan
data hasil belajar siswa.
Lahirnya feed back itu maka guru akan menganalisa dengan tepat
follow up atau kegiatan-kegiatan berikutnya.[7]
8.
Pengenalan
Fungsi dan Program Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
Pendidikan pada
dasarnya bertujuan untuk mengantarkan siswa ke arah kedewasaan. Bimbingan dan
penyuluhan (bimbingan konseling) diberikan kepada siswa yang menghadapi masalah
atau persoalan-persoalan yang timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu
penting diberikan di sekolah. Karena selama belajar tidak semua siswa dapat menghindari berbagai persoalan pribadi.
Menurut W.S Winkel
pelayanan bimbingan ditujukan terutama
kepada siswa (murid) dengan membantu mereka dalam hal-hal sebagai berikut:
a.
Perkembangan
dalam belajar di sekolah (perkembangan akademis).
b.
Mengenal
diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka,
baik sekarang maupun kelak.
c.
Menentukan
cita-cita dan tujuan-tujuan dalam hidupnya serta menyusun rencana yang tepat
untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
d.
Mengatasi
masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah yang terlalu mempersukar
hubungan dengan orang lain atau yang mengaburkan cita-cita hidup.[8]
9.
Pengenalan
dan Penyelenggaraan Administrasi Sekolah
Guru di sekolah
disamping berperan sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, juga berperan
sebagai administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah.
Kegiatan ini tidak
hanya mengurus surat menyurat, tetapi juga menyangkut kegiatan lainnya seperti
pendekatan personil, penyusunan jadwal, dan pengisian raport. Keberhasilan
dalam kegiatan ini jelas akan memberikan kepuasan kepada siswa serta interaksi
belajar mengajar akan menjadi lancar. Menurut Sardiman A.M "administrasi
sekolah bagi guru meliputi kegiatan recording (catat mencatat), dan reporting
(laporan-laporan)".[9] Administrasi
sekolah bagi guru tersebut di bagi dua, yaitu:
a.
Kegiatan Recording
(Pencatatan)
Kegiatan ini meliputi kegiatan catat-mencatat mengenai siswa dan
catat-mencatat mengenai guru. Catatan-catatan mengenai siswa antara lain daftar
prestasi (harian dan bulanan), catatan tugas atau pekerjaan siswa, data pribadi
siswa baik menyangkut identitas diri, latar belakang orang tua, riwayat
pendidikan, kesehatan. Catatan guru antara lain menyangkut tentang silabus
pelajaran, kumpulan soal-soal ujian atau tugas, catatan hasil evaluasi siswa,
buku notulen raport dan agenda.
b.
Kegiatan Reporting
(Pelaporan)
Bagi guru kegiatan ini meliputi laporan kepada kepala sekolah dan
laporan kepada orang tua siswa. Laporan kepada kepala sekolah hampir semua
kegiatan recording seperti diuraikan di atas perlu dilaporkan kepada
kepala sekolah. Disamping itu pula, perlu melaporkan masalah pengorganisasian
siswa, keuangan kelas, kenaikan dan tamat belajar, serta hasil perkembangan
belajar siswa. Kemudian yang menyangkut laporan kepada orang tua siswa,
misalnya laporan hasil belajar siswa, dan laporan tentang perkembangan
pendidikan. Mengenai keadaan anak biasanya diadakan dialog antara guru dan
orang tua siswa. Sedangkan laporan hasil belajar siswa secara tertulis
(raport).
10.
Pemahaman
Prinsip-prinsip dan Penafsiran Hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan
Pengajaran
Seorang guru harus memahami hal-hal yang
menyangkut dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan
pengembangan proses belajar mengajar.
Selain itu, guru harus dapat membaca dan
menafsirkan hasil penelitian pendidikan. Dengan demikian, guru akan mendapat
masukan sehingga bisa menerapkannya dalam proses belajar mengajar.
Komentar