Metode Make a Match
Teknik metode pembelajaran make a
match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Model Pembelajaran make a match ini artinya
model pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa
mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari
pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. sebelum
batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan
riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.
Metode make a
match ini termasuk dalam model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini
socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie,
2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan
hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus
diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok
(Lie, 2003:30).
Model pembelajaran kooperatif
bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru
menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match
atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan
kepada siswa.
penerapan metode make a match ini
dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan
kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan
nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan
keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya
masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif
seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah
pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.”
Semoga ini bermanfaat buat semua!!!
Terimakasih :)
Komentar