Sejarah Perkembangan Akhlak pada Abad Pertengahan
Pada
pertengahan akhir abad ke-15, Eropa mulai bangkit. Para ilmuwan mulai menghidup
suburkan filsafat Yunani Kuno. Akal mulai dibangunkan dari tidurnya. Sebagian
ajaran klasik dikritik sehingga tegaklah kemerdekaan akal. Diantara ajaran
dikritik dan diselidiki adalah ajaran akhlak yang dibawa bangsa Yunani dan
bangsa-bangsa setelahnya. Tokoh-tokoh pada abad pertengahan ini diantaranya
adalah:
1) Descrates (1596-1650)
Descrates
adalah seorang filsuf dari Prancis, ia telah meletakkan dasar-dasar baru bagi
ilmu pengetahuan dan filsafat diantaranya:
·
Tidak menerima sesuatu yang belum
diperiksa akal dan sebelum dipastikan nyata. Apa yang didasarkan pada sangkaan
semata dan tumbuh dari kebiasaan wajib ditolak.
·
Penyelidikan terhadap sesuatu harus
dimulai dari yang terkecil dan yang
termudah lalu mengarah pada yang lebih kompleks.
·
Tidak boleh menetapkan kebenaran
sebelum diuji terlebih dahulu.
Descrates
dan para pengikutnya cenderung pada ajaran Stoics, sementara itu Gassendi
(1638-1709) dan Thomas Hobbes (1588-1679) filsuf setelah Decrates, cenderung
pada paham Epicurus.
2) Jhon of Salisbury (1120-1180 M)
John of
Salibury adalah seorang filsuf Inggris. Ia terkenal dengan uraiannya yang
menjelaskan bahwa kekuatan spritual berada diatas kekuatan duniawai. Oleh
karena itu ia menjadi pendukung gereja, berbicara mewakili gereja, membela
gereja, dan menyerang kekuasaan dunia dan menggambarkannya sebagai pengikut
kekuasaan spritual. Bukunya yang paling massyhur berjudul Stateman’s Book. Pada buku ini berbicara tentang dua pedang
(kekuasaan), yaitu pedang fisik dan pedang spritual. Keduanya bersumber dari
gereja dan harus kembali kepadanya. Raja menerima pedang (kekuasaan) dari
gereja, oleh karena itu gereja dapat menarik kembali pedang itu jika ia keluar
dari hukum ilahi. Sebab orang yang mempunyai kekuasaan untuk memberi berarti
mempunyai kekuasaan juga untuk mengambil pemberian tersebut.
3) Bentham (1748-1832) dan Stuart Mill
(1806-1873)
Bentham
dilahirkan di London, ia adalah orang yang berpengalaman dalam bidang
pembaharuan politik, hukum, sosial, dan pendidikan. Ia dikenal sebagai filsuf
atas bukunya Introduction to the
Priciples of Morals and Legislations. Sedangkan Stuart Mill adalah anak
dari James Mill. Ia juga lahir di London. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh
ayahnya dan Bentham.
Bentham dan
Stuart Mill memindahkan paham Epicurus kedalam paham Utilitarianisme. Keduanya
memindahkan paham Epicurus dari paham
Egioitic Hedonisme kedalam paham Universalitik Hedonisme. Paham keduanya
tersiar luas di Eropa dan memberikan peran besar dalam pembentukan hukum dan
politik.
4) Thomas Hill Green (1836-1882) dan
Herbert Spencer (1820-1903)
Green
dilahirkan di Birkin, Yorkshife, Inggris. Ia belajar di Rigby dan Balliol
College, Oxford. Ia menjadi professor filsafat moral pada tahun 1878. Sedangkan
Herbert Spencer adalah seorang filsuf inggris dan pemikir teori liberal klasik
terkemuka. Green dan Spencer mengaitkan paham evolusi (paham ini berpendapat
bahwa segala sesuatu yang ada dialam akan mengalami perubahan menuju
kesempurnaan) dengan akhlak. Diantara pemikiran akhlak green adalah:
·
Manusia dapat memahami suatu keadaan
yang lebih baik dan dapat menghendaki sebab ia adalah pelaku moral.
·
Manusia dapat melakukan realisi diri
karena ia adalah subjek yang sadar diri, suatu reproduksi dari kesadaran diri
yang abadi.
·
Cita-cita keadaan yang lebih baik
adalah yang ideal, tujuan yang terakhir.
·
Ide menjadi pelaku bermoral dalam
kehidupan manusia. Kebaikan moral adalah yang memuaskan hasrat pelaku moral.
Kebaikan yang sesungguhnya adalah tujuan yang memiliki nilai yang mutlak. Ideal
dari kehidupan yang sempurna adalah kesempurnaan manusia dalam alam, ditentukan
oleh kehendak yang selaras, kehendak yang mendorong tidakan utama.
5) Spinoza (1632-1677), Hegel
(1770-1831), dan Kant (1724-1831)
Baruch de
Spinoza adalah filsuf keturunan Yahudi dari keluarga yang bermigrasi ke
Belanda. Pikirannya berakar dari tradisi filsafat Yahudi yang dirintis sejak
Philo yang menggabungkan agama Yahudi dengan filsafat Yunani. Sedangkan George
Wilhelm Friedrich Hegel adalah seorang filsuf idealis Jerman yang lahir di
Stuttgart, Wurttemberg (kini Jerman Barat Daya). Adapun Immanuel Kant adalah
seorang filsuf Jerman, karyanya yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781.
Spinoza, Hegel, dan Kant adalah orang yang
mempunyai pengaruh besar dalam bidang akhlak. Ethica Ordine Geometrico Demonstrata adalah merupakan karya utama
Spinoza yang ditulis untuk mengurangi penderitaan orang-orang yang menganut
suatu keyakinan. Tujuan praktis dari karyanya adalah untuk mengajari pembacanya bahwa Tuhan
merupakan bagian dari penciptaan, bahwa semua yang ada ini adalha merupakan
manfestasi dari Tuhan. Agar seseorang mampu memahami hal ini, ia harus bersikap
mandiri dan bebas dari seluruh fanatisme. Sementara itu, Kant meyakini adanya
kesusilaan. Titik berat etikanya adalah rasa kewajiban (panggilan hati
nurani) untuk melakukan sesuatu yang
berpangkal pada budi.
Komentar