Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Umayyah
Baca Juga :
- Khalifah-Khalifah pada Masa Bani Umayyah
- Penyebab Runtuhnya Dinasti Umayyah
- Sejarah Berdirinya Bani Umayyah
- Perkembangan Islam pada Masa Bani Umayyah
Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah
Pada
masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi. Desentrasi artinya
pendidikan tidak hanya terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah
dikembangkan secara otonom di daerah yang telah dikuasai seiring dengan
ekspansi teritorial. Sistem pendidikan ketika itu belum memiliki tingkatan dan
standar umur. Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus,
Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti:
Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir).
Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi
atau perbintangan, ilmu pasti, ilmu sastra, dan seni seperti seni bangunan,
seni rupa, maupun seni suara.
Pola
pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang bila
dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya
kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab serta Majelis
Sastra. Jadi tempat pendidikan pada periode Dinasti Umayyah adalah:
1.
Khuttab
Khuttab atau Maktab berasal dari kata dasar kataba
yang berarti menulis atau tempat menulis, jadi Khuttab adalah tempat belajar
menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca,
menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.
2.
Masjid
Setelah pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka
melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah yang dilakukan di masjid. Peranan
Masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi
setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau
mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan. Pada
Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan
tingkat tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran,
Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa,
ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
Diantara jasa besar pada periode Dinasti Umayyah dalam
perkembangan ilmu pengetahuan adalah menjadikan Masjid sebagai pusat aktifitas
ilmiah termasuk sya’ir. Pada masa ini, masjid sebagai tempat pendidikan terdiri
dari dua tingkat yaitu: tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat
menengah guru belumlah ulama besar sedangkan pada tingkat tinggi gurunya adalah
ulama yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman dan keahliannya. Umumnya
pelajaran yang diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang, baik di
Khuttab atau di Masjid tingkat menengah. Sedangkan pada tingkat pelajaran yang
diberikan oleh guru adalah dalam satu Halaqah yang dihadiri oleh pelajar
bersama-sama.
3.
Majelis
Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang
disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan
bagi sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut M. Al Athiyyah Al Abrasy
“Balai-balai pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti diindahkan
seseorang yang masuk ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian necis bersih
dan rapi, duduk di tempat yang sepantasnya, tidak tertawa terbahak-bahak, tidak
meludah, tidak mengingus dan tidak menjawab kecuali bila ditanya. Ia tidak
boleh bersuara keras dan harus bertutur kata dengan sopan dan memberi kesempatan
pada sipembicara menjelaskan pembicaraannya serta menghindari penggunaan kata
kasar dan tawa terbahak-bahak. Dalam balai-balai pertemuan seperti ini
disediakan pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan dan
diperdebatkan”.
4.
Pendidikan
Istana
Pendidikan istana diselenggarakan dan diperuntukkan
khusus bagi anak-anak khalifah dan para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada
pendidikan istana diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali
pemerintahan atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan
kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.
Pada periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri dan sekaligus memperluas daerah kerajaan tidak terlalu banyak memusatkan perhatian pada perkembangan ilmiah, akan tetapi muncul beberapa ilmuwan terkemuka dalam berbagai cabang ilmu seperti yang dikemukakan oleh Abd. Malik Ibn Juraid al Maki dan cerita peperangan serta syair dan Kitabah. Dibidang syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian, syairnya adalah: Artinya : “Engkau adalah pengendara kuda yang paling baik, engkau adalah orang yang pemurah di atas dunia ini”.
Periode Dinasti Umayyah pada bidang pendidikan, adalah menekankan ciri ilmiah pada Masjid sehingga menjadi pusat perkem\bangan ilmu pengetahuan tinggi dalam masyarakat Islam. Dengan penekanan ini di Masjid diajarkan beberapa macam ilmu, diantaranya syair, sastra dan ilmu lainnya. Dengan demikian periode antara permulaan abad ke dua hijrah sampai akhir abad ketiga hijrah merupakan zaman pendidikan Masjid yang paling cemerlang.
Pada periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri dan sekaligus memperluas daerah kerajaan tidak terlalu banyak memusatkan perhatian pada perkembangan ilmiah, akan tetapi muncul beberapa ilmuwan terkemuka dalam berbagai cabang ilmu seperti yang dikemukakan oleh Abd. Malik Ibn Juraid al Maki dan cerita peperangan serta syair dan Kitabah. Dibidang syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian, syairnya adalah: Artinya : “Engkau adalah pengendara kuda yang paling baik, engkau adalah orang yang pemurah di atas dunia ini”.
Periode Dinasti Umayyah pada bidang pendidikan, adalah menekankan ciri ilmiah pada Masjid sehingga menjadi pusat perkem\bangan ilmu pengetahuan tinggi dalam masyarakat Islam. Dengan penekanan ini di Masjid diajarkan beberapa macam ilmu, diantaranya syair, sastra dan ilmu lainnya. Dengan demikian periode antara permulaan abad ke dua hijrah sampai akhir abad ketiga hijrah merupakan zaman pendidikan Masjid yang paling cemerlang.
Nampaknya
pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayyah ini hampir sama dengan
pendidikan pada masa Khulafa ar Rasyiddin. Hanya saja memang ada sisi perbedaan
perkembangannya. Perhatian para Khulafa dibidang pendidikan kurang maksimal,
pendidikan berjalan tidak diatur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama yang
memiliki pengetahuan yang mendalam. Kebijakan-kebijakan pendidikan yang
dikeluarkan oleh pemerintah hampir tidak ditemukan. Jadi sistem pendidikan
Islam ketika itu masih berjalan secara alamiah karena kondisi ketika itu
diwarnai oleh kepentingan politis dan golongan. Walaupun demikian pada periode
Dinasti Umayyah ini dapat disaksikan adanya gerakan penerjemahan ilmu-ilmu dari
bahasa lain ke dalam bahasa Arab, tetapi penerjemahan itu terbatas pada
ilmu-ilmu yang mempunyai kepentingan praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran,
ilmu tata laksana dan seni bangunan. Pada umumnya gerakan penerjemahan ini
terbatas pada orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas dorongan
negara dan tidak dilembagakan. Menurut Franz Rosenthal orang yang pertama kali
melakukan penerjemahan ini adalah Khalid ibn Yazid cucu dari Muawwiyah.
Selain
kemajuan seperti di atas, ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini
adalah:
1.
Bidang
Ilmu Hadits
a.
Umar
bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama
pemerintahannya terfokus pada usaha pengumpulan hadist untuk dibukukan Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin
Syihab Az-zuhri seorang yang tepat dan siap melaksanakan perintah kholifah,
maka ia bekerja sama dengan perowi-perowi yang dianggap ahli untuk dimintai
informasi tentang hadist-hadist nabi yang berceceran ditengah masyarakat islam
untuk dikumpulkan, ditulis dan dibukukan.
b.
Abu
Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa pemerintahan
Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh generasi
dibawahnya, seperti Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal Muwatha’,
imam Syafii menulis Al-Musnad. Pada tahap selanjutnya, program pengumpulan
hadist mendapat sambutan serius dari tokoh-tokoh islam, seperti:
1) Imam Bukhari,
terkenal dengan Shohih Bukhari
2) Imam Muslim, terkenal
dengan Shohih Muslim
3) Abu Daud, terkenal
dengan Sunan Abu Daud
4) An –Nasa’i, terkenal
dengan Sunan An-Nasa’i
5) At-Tirmidzi, terkenal
dengan Sunan At-Tirmidzi
6) Ibnu Majah, terkenal
dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal
dengan nama Kutubus Shittah.
2.
Dibidang
Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan
sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk
mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi masih hidup, penafsiran
ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat Jibril. Setelah
Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin
Abbas, Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an bersandar dari Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah
masih hidup.
Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada masa
Dinasti Umayyah Islam telah berkembang
luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab
mengalami kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil
bin Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w.
310).
3.
Dibidang
Ilmu Fiqih
Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan
sumber utama bagi umat islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum.
Pada masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari
Rasulullah dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada
awalnya hanya pengertian yang sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan
kebijaksanaan yang dilakukan dengan adil dalam memutuskan sesuatu msalah.
Pada tahap perkembangan pemikiran islam, lahir sebuah ilmu hukum yang disebut
Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami masalah berdasarkan suatu
perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah tidak melakukan suatu
perbuatan dan memilih antara melakukan atau tidak melakukannya. Pada masa ini
bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara lain :
1)
Sa’id
bin Al-Musayyid (Madinah)
2)
Salim
bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3)
Rabi’ah
bin Abdurahman (Madinah)
4)
Az
–Zuhri (Madinah)
5)
Ibrahim
bin Nakha’ai (Kufah)
6)
Al
–Hasan Basri (Basrah)
7)
Thawwus
bin Khaissan (Yaman)
8)
Atha’
bin Ra’bah (Mekah)
9)
Asy
–Syu’aibi (Kufah)
10)
Makhul
(Syam)
Pada zaman dinasti Umayyah ini telah berhasil
meletakkan dasar-dasar hukum islam menurut pertimbnagan kebijaksanaan dalam
menetapkan keputusan yang berdasar Al-Qur’an dan pemahaman nalar/akal.
4.
Bidang
Ilmu Tasawuf
Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan
diri kepada Allah saw, tujuannya agar hidup semakin mendapatkan makna yang
mendalam, serta mendapatkan ketentraman jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup
manusia memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil. Munculnya tasawuf, karena
setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak terkendali,
utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf
antara lain sebagai berikut :
1) Hasan Al-Basri
Hasan al-Basri
mengenalkan kepada umat tentang pentingnya tasawuf, karena tasawufdapat melatih
jiwa/hati memiliki sifat zuhud(hatinya tidak terpengaruh dengan harta benda,
walau lahiriyah kaya), sifat roja’(harta benda, anak-anak, jabatan tidak bisa
menolong hidupnya tanpa adanya harapan ridho dari Allah swt) dan sifat
khouf(sifat takut kepada Allah swt yang dalam dan melekat dalam jiwanya).
2) Sufyan Ats-Tsauri
Beliau lahir dikufah
tahun 97 H, mempunyai nama lengkap: Abu Abdullah Sufyan bin SA’id Ats-Tsauri.
Pemikiran bidang taswuf merangkum sebagai berikut:
a.
Manusia
dapat memiliki sifat zuhud, bila saat ajalnya menghampirinya, karena kelezatan
dunia telah diambil Allah swt, maka manusia baru ingat makna kehidupannya.
b.
Manusia
dalam menjalani hidup didunia harus bekerja keras agar hidupnya tercukupi,
dengan kerja manusia dapat terhindar dari kegelapan dan kehinaan.
3) Rabi’ah Al’Adawiyah
Beliau seorang wanita
muliakarena kesadaran dan kecintaannya kepada Allah. Dalam kemiskinan dan
kehinaan, Rabi’ah menjalani hidup kesufian, setiap hari air mata mengalir,
karena getaran taubat, ingatan dzikir dan laparnya nestapa setiap harinya.
4) Ibrahim bin Adham
5) Tokoh tasawuf yang
satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan Persia yang meninggalkan kehidupan mewah di
sekitarnya. Untuk menjalani hidup sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf.
Peringatan Ibrahim kepada manusia tertulis dalam sindirannya yang
indah:”do’a-do’a kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah mati”.
5.
Ilmu
sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup,
kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai
peristiwa sejarah.
6.
Ilmu
pengetahuan bidang bahasa arab, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa,
nahu, saraf, dan lain-lain.
7.
Bidang
filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing,
seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan
dengan itu, serta ilmu kedokteran.
Komentar