Ilmu Pengetahuan Pada Masa Rasulullah SAW
Pertumbuhan ilmu pengetahuan telah terjadi sejak
Rasulullah mendakwahkan agama islam, wahyu pertamanya yaitu surat Al-alaq ayat
1-5 bercerita tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, didalam wahyu tersebut
terdapat perintah untuk membaca, Allah pun menegaskan bahwa hakikat ilmu
datangnya dari Allah dan awalnya manusia tidak mengetahui apa-apa. Kata Iqra’
pada ayat ke-1 surat Al-alaq memiliki makna yang beragam, seperti menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, membaca baik teks maupun bukan
teks.
Pada
masa Rasulullah SAW ilmu pengetahuan belum begitu pesat seperti pada masa
sekarang. Ketika itu umat islam masih terfokus pada penyebaran agama islam. Al-Qur’an dan Hadits masih menjadi
pedoman umat islam pada waktu itu. Ilmu pengetahuan langsung bersumber dari
Rasulullah melalui wahyu dari Malaikat Jibril. Selain itu para sahabat selalu
menghafal ayat-ayat yang telah mereka dengar dari Rasulullah SAW.
Pada
masa Rasulullah, ilmu pengetahuan lebih banyak berkembang dibidang ilmu-ilmu
pokok tentang agama (ushuluddin), dan ilmu akhlak (moral). Akan tetapi
ilmu-ilmu lainnya tetap berkembang walaupun tidak sepesat ilmu agama dan
akhlak. Saat itu pun mulai terjadi proses pengkajian ilmu yang lebih
sistematis, diantaranya dasar-dasar ilmu tafsir yang dikembangkan oleh para
sahabat Rasulullah. Jika kita flashback pada waktu sebelum Islam diturunkan,
bangsa Arab dikenal dengan sebutan kaum jahiliyah. Hal ini disebabkan karena
bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian yang lain.
Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang syair-syair jahili
yang disebarkan secara hafalan.
Dengan
kenyataan itu, maka diutuslah nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk memperbaiki
akhlak, baik akhlak untuk berhubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama
manusia. Demikian pula dalam masalah ilmu pengetahuan, perhatian Rasulullah
sangat besar. Rasulullah SAW memberi contoh revolusioner bagaimana seharusnya
mengembangkan ilmu. Diantara gerakan yang dilakukan Rasulullah SAW adalah
dengan menggiatkan budaya membaca, yang merupakan pencanangan dan pemberantasan
buta huruf, suatu tindakan awal yang membebaskan manusia dari ketidaktahuan
karena membaca merupakan pintu bagi pengembangan ilmu.
Rasulullah
SAW juga memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal ayat-ayat
al-Qur’an. Dengan cara ini dapat menjaga kemurnian dan juga media memahami
ayat-ayat al-Qur’an. Disamping dengan hafalan, juga membuat tradisi menulis/mencatat
wahyu pada kulit, tulang, pelepah kurma dan lain-lain.
Dengan
bimbingan Rasulullah SAW, telah mendorong semangat belajar membaca, menulis dan
menghafal sehingga umat Islam menjadi umat yang memasyarakatkan kepandaian
tulis-baca. Dengan semangat itulah, maka terbangun jiwa umat Islam untuk tidak
hanya beriman tetapi juga berilmu, sehingga nantinya lahir sarjana-sarjana
Islam yang ahli dibidangnya masing-masing. Dengan demikian dapat dimengerti,
salah satu aspek dari peradaban adalah mengembangkan ilmu pengetahuan.
Komentar