Masa Pencerahan Filsafat di Tiga Negara Eropa
a. Pencerahan di Jerman
Yang menjadi pusat
perhatian di Jerman adalah etika. Orang bercita-cita untuk mengubah ajaran
kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan
umum, yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan. Sejak semula
pemikiran filsafat dipengaruhi oleh gerakan rohani di Inggris dan di Perancis.
Hal itu mengakibatkan bahwa filsafat Jerman tidak berdiri sendiri.
Para perintisnya di
antaranya adalah Samuel Pufendorff (1632-1694), Christian Thomasius (1655-1728). Akan
tetapi pemimpin yang sebenarnya di bidang
filsafat adalah Christian Wolff (1679- 1754), ia mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu
pengetahuan yang pasti dan berguna, dengan mengusahakan adanya
pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting sekali
baginya adalah susunan sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-gagasan
yang jelas dan penguraian yang tegas. Dialah yang menciptakan pengistilahan-pengistilahan
filsafat dalam bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi
pemikiran ilmiah.
Orang yang menyempurnakan
Pencerahan adalah Immanuel Kant (1724-1804). Yang merupakan Filsuf yang
pengaruhnya terhadap filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini, baik di Barat
maupun di Timur, hampir secara universal diakui sebagai filsuf terbesar sejak
masa Aristoteles. Ada yang berpendapat bahwa filsafat pada dua ratus tahun
terakhir ini bagaikan catatan kaki terhadap tulisan-tulisannya. Kant lahir di
Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Pikiran-pikiran dan tulisan-tulisannya membawa
revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern, ia hidup dizaman
Scepticism Sebagian besar hidupnya telah ia pergunakan untuk mempelajari
logical process of thought (proses
penalaran logis), the external world (dunia eksternal) dan reality of things (realitas
segala yang wujud ). Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam dua periode: zaman
pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis
yang dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi karena terpengaruh oleh David Hume (
1711-1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri
mengatakan bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada
zaman kritisnya
, Kant merubah wajah filsafatnya secara radikal.
Dengan
munculnya Kant dimulailah zaman baru, sebab filsafatnya mengantarkan suatu
gagasan baru yang memberi arah kepada segala pemikiran filsafat. Karyanya yang terkenal dengan menampakkan
kritisismenya adalah Critique of Pure Reason
(kritik atas rasio murni) yang membicarakan tentang reason dan knowing
process yang ditulisnya selama lima belas tahun. Bukunya yang kedua adalah
Critique of Practical Reason atau kritik atas rasio praktis yang menjelaskan
filsafat moralnya dan bukunya yang ketiga adalah Critique of judgment atau kritik atas daya
pertimbangan.
b. Pencerahan di Inggris
Di Inggris filsafat
Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang bermacam-macam keyakinannya.
Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu aliran
dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan
Eduard Herbert yang dapat disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.
Menurut Herbert, akal
mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga agama Kristen ditaklukkan kepada
akal. Atas dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan
wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat mungkin
meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama.
Dasar pengetahuan di
bidang agama adalah beberapa pengertian umum yang pasti bagi semua orang dan
secara langsung tampak jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala
pengalaman dalam pemikiran akal. Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah
persetujuan umum segala manusia, karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu
mengenai soal agama dan kesusilaan.
Inilah asas-asas pertama
yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga
tersusunlah agama alamiah, yang berisi: a)
bahwa ada Tokoh yang Tertinggi; b) bahwa manusia harus berbakti kepada Tokoh yang
Tertinggi itu; c) bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan
kesalehan; d) bahwa manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin
bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus disesali; e) bahwa kebaikan dan
keadilan Allah memberikan pahala dan hukuman kepada manusia di dalam hidup ini dan
di akhirat. Menurut Herbert, di dalam segala agama yang positif terdapat
kebenaran-kebenaran pokok dari agama alamiah.
Pada akhir
abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert ini dikembangkan lebih lanjut,
baik yang mengenai unsur-unsurnya yang negatif maupun unsur-unsurnya yang
positif.
c. Pencerahan di Perancis
Pada abad ke-18 filsafat
di Perancis menimba gagasannya dari Inggris. Para pelopor filsafat di Perancis
sendiri (Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak dihargai lagi. Sekarang yang
menjadi guru mereka adalah Locke dan Newton.
Perbedaan antara filsafat
Perancis dan Inggris pada masa tersebut adalah:
v Di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk
menjadikan hasil pemikiran mereka dikenal oleh umum, akan tetapi di Perancis
keyakinan baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk populer. Akibatnya
filsafat di Perancis dapat ditangkap oleh golongan yang lebih luas , yang tidak
begitu terpelajar seperti para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan baru itu
memasuki pandangan umum. Di Perancis filsafat lebih
erat dihubungkan
dengan hidup politik, sosial dan kebudayaan pada waktu itu. Karena sifatnya
yang populer itu maka filsafat di Perancis pada waktu itu tidak begitu mendalam.
Agama Kristen diserang secara keras
sekali dengan memakai senjata yang diberikan oleh Deisme.
v Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di
Perancis terdapat bermacam-macam aliran: ada golongan Ensiklopedi, yang
menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada golongan
materialis, yang meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata.
Diantara tokoh yang
menjadi sentral pembicaraan disini adalah Voltaire (1694-1778). Pada tahun 1726 ia hijrah ke Inggris, ia berkenalan dengan
teori-teori Locke dan Newton. Apa yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini
ialah: a) sampai di mana jangkauan akal manusia, dan b) di mana letak
batas-batas akal manusia. Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal
agama alamiah dan etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar
hidup kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.
Oleh karena agama
dipandang sebagai terbatas kepada beberapa perintah kesusilaan, maka ia
menentang segala dogma, dan menentang agama. Di Perancis pada era
pencerahan ini juga ada Jean Jacques Rousseau (1712-1778), yang telah
memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis.
Sebenarnya ia menentang Pencerahan, yang menurut dia, menyebarkan kesenian dan
ilmu pengetahuan yang umum, tanpa disertai penilaian yang baik, dengan terlalu
percaya kepada pembaharuan umat manusia melalui pengetahuan dan keadaban.
Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf yang bukan menekankan kepada akal,
melainkan kepada perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi di dalam menghambakan
diri kepada perasaan itu akalnya yang tajam dipergunakan.
Terkait kebudayaan menurut
Rousseau, kebudayaan bertentangan dengan alam, sebab kebudayaan merusak
manusia. (Yang dimaksud ialah kebudayaan yang berlebih-lebihan tanpa
terkendalikan dan yang serba semu, seperti yang tampak di Perancis pada abad
ke-18.
Mengenai agama Rousseau
berpendapat, bahwa agama adalah urusan pribadi. Agama tidak boleh mengasingkan orang dari hidup
bermasyarakat. Kesalahan agama Kristen ialah bahwa agama ini mematahkan
kesatuan masyarakat. Akan tetapi agama memang diperlukan oleh masyarakat.
Akibat keadaan ini ialah, bahwa masyarakat membebankan kebenarankebenaran
keagamaan, yang pengakuannva secara lahir perlu bagi hidup kemasyarakatan,
kepada para anggotanya sebagai suatu undang-undang, yaitu tentang adanya Allah
serta penyelenggaraannya terhadap dunia, tentang penghukuman di akhirat, dsb.
Pengakuan secara lahiriah terhadap agama memang perlu bagi masyarakat, tetapi
pengakuan batiniah tidak boleh dituntut oleh negara.
Pandangan
Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat dengan ajarannya tentang negara
dan masyarakat. Menurutnya pendidikan bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh kebudayaan
dan untuk memberi kesempatan kepada anak mengembangkan kebaikannya sendiri yang
alamiah. Harun Hadiwijono
berkesimpulan bahwa Pencerahan di Perancis memberikan senjata rohani kepada
revolusi Perancis.
Komentar