Sejarah Perkembangan Islam di Spanyol
Setelah berakhirnya periode klasik
Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari
keterbelakangannya.Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik
dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia
lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.Bahkan,
kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan
politiknya.Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan
Islam di Spanyol.Dari Islam Spanyol di Eropa banyak menimba ilmu.Pada periode
klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat
peradaban Islam yang sangat penting.
Islam masuk ke Spanyol, sekitar
abad ke-5 Masehi, bangsa Jerman mendatangi Semenanjung Iberia. Theodoric, Raja
Ostogoth, mendirikan istananya di Toledo sekitar tahun 513 M. Kemudian, pada
tahun 596 M. Leovigildo, seorang raja Visigoth, menjadikan Toledo sebagai Ibu
kota Kerajaan Visigoth Spanyol. Sejak itulah, Toledo mengalami kejayaannya yang
pertama.Pada tahun 689 M, Raja Recaredo menjadikan Katolik sebagai agama resmi
Spanyol.
Pada awal abad ke-8 M, para
pendatang baru berdatangan ke daratan Eropa (Spanyol).Pendatang tersebut adalah
bangsa Arab yang membawa Islam. Sejak ekspansi Bani Umayyah Spanyol pada tahun
711 M, yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad, Spanyol menjadi bagian wilayah
kekuasaan Islam. Umat Islam berkuasa di Spanyol hampir delapan abad, yaitu dari
tahun 711-1492 M.
A. Sejarah singkat penguasaan Islam atas Spanyol
Sebelum menaklukan Spanyol, umat
Islam terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah
satu provinsi dari Dinasti Bani Umayyah.Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara
terjadi pada zaman khalifah Abdul Malik (685-705 M). Arika Utara dipimpin oleh
seorang gubernur, yaitu Husna Ibn Nu’man, kemudiandiganti oleh Musa bin
Nusyair. Tampaknya, tujuan umat Islam menguasai Afrika Utara adalah membuka
jalan untuk mengadakan ekspedisi lebih besar ke Spanyol karena dari Afrika
Utara itulah ekspedisi ke Spanyol lebih mudah dilakukan.[1]
Kondisi sosial
masyarakat Spanyol menjelang penaklukan Islam sangat memprihatinkan.Masyarakat
terpolarisasi ke dalam beberapa kelas sesuai latar belakang sosialnya, sehingga
ada masyarakat kelas 1, 2, dan 3. Sekelompok masyarakat kelas 1, yakni
penguasa, terdiri atas raja, para pangeran, pembesar istana, pemuka agama, dan
tuan tanah besar. Kelas 2 terdiri atas tuan-tuan tanah kecil.Tuan tanah kecil
adalah golongan rakyat kelas dua (second citizen). Kelompok masyarakat kelas 3
terdiri dari atas para budak termasuk budak tani yang nasibnya tergantung pada
tanah, penggembala, nelayan, pandai besi, orang Yahudi, dan kaum buruh dengan
imbalan makan dua kali sehari. Mereka tidak dapat menikmati hasil tanah yang
mereka garap.
Rakyat kelas 2 dan 3 sangat
tertindas oleh kelas atas banyak lari ke hutan karena trauma dengan penindasan
penguasa.Demi mempertahankan hidup, mereka terpaksa harus mencari nafkah dengan
jalan membunuh, merampas, atau membajak.Kebangkrutan moral mereka itu bersamaan
dengan jatuhnya ekonomi.[2]
Spanyol diduduki umat
Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari
Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.Di zaman Al-Walid itu Musa ibn Nushair
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Selain
itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa
Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji
tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan
sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu pertama kali dikalahkan
sampai menjadi salah satu provinsi dari khalifah Bani Umayyah memakan waktu
selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi
Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid).
Sebelum dikalahkan dan
kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi
basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut
penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam.Setelah kawasan
ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk
menaklukkan Spanyol.
Dari penjelasan diatas
dapat kita ketahui bahwasanya sebelum menaklukkan Spanyol umat Islam terlebih
dahulu menduduki wilayah bagian Afrika Utara, dan kondisi masyarakat sangat
memprihatinkan karena mereka sangat dibeda-bedakan sesuai dengan kedudukan
status sosialnya. Setelah wilayahnya diduduki oleh khalifah Al-Walid dan
memperluas wilayah kekuasaannya sehingga
mereka berjanji tidak akan membuat kekacauan lagi untuk wilayah
tersebut.
B. Faktor yang mendukung proses penguasaan umat Islam atas
Spanyol
Dalam melakukan ekspansi di
Spanyol, umat Islam dengan mudah dapat meraih berbagai kemenangan sehingga
dalam waktu yang relatif singkat, umat Islam dapat menguasai Spanyol.
Pertama, sikap penguasa Gotic
sebutan lazim kerajaan Visighotie yang tidak toleran terhadap aliran agama yang
berkembang saat itu.Penguasa Visighotie memaksakan aliran agamanya kepada
masyarakat. Penganut agama Yahudi yang merupakan komunitas terbesar dari
penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen, dan mereka yang tidak
bersedia akan disiksa dan dibunuh. Dalam kondisi tertindassecara teologis, kaum
tertindas menanti kedatangan juru pembebas.Dan juru pembebas tersebut mereka
temukan dari orang-orang Islam.Demi kepentingan mempertahankan keyakinan,
mereka bersekutudengan tentara Islam melawan penguasa.
Kedua, perselisihan antara Raja
Roderick dengan Witiza (Walikota Teledo) di satu pihak dan Ratu Julian di pihak
lain. Oppas dan Achila, kakek dan anak Witeza, menghimpun kekuatan untuk
menjatuhkan Roderick, bahkan berkoalisasi dengan kaum muslimin di Afrika
Utara.Demikian pula, Ratu Julian, ia bahkan memberikan pinjaman 4 buah kapal
yang dipakai oleh Tharif, Thariq, dan Musa.
Ketiga, faktor lain yang tak kalah
pentingnya adalah bahwa tentara Roderick tidak mempunyai semangat perang.[3]
Kemenangan-kemenangan yang dicapai
umat Islam nampak begitu mudah, Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya
faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud faktor
eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol
sendiri.Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial,
politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan.Secara
politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa
negeri kecil.Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan
campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya dan
sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Adapun yang di maksud
dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa,
tokoh-tokoh pejuang, dan para prajuit Islam yang terlibat
dalam penaklukan wilayah Spanyol khususnya.Para pemimpin adalah tokoh-tokoh
yang kuat, tentaranya kompak.Berani, dan penuh percaya diri.Mereka pun cakap,
berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan.Yang tak kalah pentingnya
adalah ajaran Islam yang di tunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi,
persaudaraan, dan tolong menolong.[4]
Dari penjelasan diatas
dapat kita ketahui dalam melakukan ekspansi di Spanyol sangatlah mudah, karena
penguasa di wilayah tersebut sangatlah tidak toleran terhadap agama yang dianut
oleh masyarakatnya. Mereka dipaksa untuk mengikuti aliran agama yang ada tetapi
mereka tidak bersedia untuk disiksa sehingga mereka menunggu kedatangan juru
pembebas.Perselisihan yang terjadi sehingga memudahkan umat Islam dalam
mencapai kemenangan.Padahal dalam masa penaklukan masyarakatnya justru sangat
menderita.
C. Penaklukan yang dilakukan oleh tiga orang pahlawan yang
berjasa
Dalam proses penaklukan Spanyol
terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin
satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad
dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu
pasukan perang, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Thariq
ibn ziyad sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar
dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku
Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang arab yang
dikirim khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan
pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar
(jabal thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara
luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama
Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota pentin, seperti Cordova, Granada, dan Toledo, ia meminta
tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan
tambahan pasukan sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq
seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang
jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang
dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih
luas lagi.Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam
gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq.
Dari penjelasan diatas dapat kita
ketahui bahwa, tiga orang pahlwan yang
berjasa itu dapat memimpin satuan-satuan perang. Salah satu dari mereka dapat
menyeberangi selat dengan pasukan berkudanya dan menaiki sebuah kapal.Setelah
itu salah seorang dari mereka membantu dengan mengirimkan pasukan lagi karena
pasukannya bertambah sehingga dalam meraih kemenangan pun menjadi mudah.
[1]Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hal.117
[2]M. Abdul Karim, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Bagaskara 2102), hal.228
[3]Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Bandung CV Pustaka Setia, 2008) hal.119
[4]Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2013), cet.24, hal.91
Komentar