Pengertian Dialog
1. Pengertian Dialog
Dialog
adalah percakaapan antara dua orang atau lebih. Menulis dialog harus memperhatikan
isi cerita dan perannya. Isi cerita harus disesuaikan dengan tema. Berilah
sebuah permasalahan (konflik) pada cerita yang akan dibuat. Konflik dapat
bersifat batin (perasaan), atau bertentangan dengan seorang tokoh dengan
lainnya. Pemilihan bahasa yang digunakan pada saat dialog harus disesuaikan
dengan situasi, misalnya dialog pada situasi formal harus menggunakan bahasa
baku, sedangkan situasi nonformal menggunakan bahasa tidak baku.[1]
Pengertian umum, dialog
adalah proses komunikasi antara 2 atau lebih agen, atau
percakapan antara dua kelompok atau
lebih. Dalam dialog makna harus
dipertimbangkan agar memenuhi kaidah semantis dan pragmatis.[2]
Dialog merupakan salah satu bentuk
komunikasi interpersonal. Dialog berasal dari kata Yunani dia yang berarti antara, diantara, dan legein yang berarti berbicara, bercakap- ,
bertukar pemikiran dan gagasan. Maka, secara harafiah dialogs atau dialog adalah berbicara,
bercakap-cakap, bertukar pikiran dan gagasan bersama.
Dialog bukanlah transaksi tawar-menawar
tentang sesuatu untuk mencapai kesepakatan. Dialog juga bukan konfrontasi di
mana pihak yang satu mempersoalkan sesuatu dan pihak lain memberi
pertanggungjawaban. Dialog juga bukan suatu adu pendapat untuk mencari
keunggulan pendapat sendiri dan mengalahkan pendapat lain. Dialog adalah
"percakapan dengan maksud untuk saling mengerti, memahami, menerima, hidup
damai dan bekerja sama untuk mencapai kesejateraan bersama".
Dalam dialog, pihak-pihak yang
terlibat saling menyampaikan informasi, data, fakta, pemikiran, gagasan, dan
pendapat, serta saling berusaha mempertimbangkan, memahami, dan menerima. Dalam
dialog tidak ada monopoli pembicaraan dan kebenaran. Yang ada adalah berbagi
dan bertukar informasi dan gagasan. Dari dialog diharapkan terbentuk saling
pengertian dan pemahaman bersama yang lebih luas dan mendalam tentang hal yang
menjadi bahan dialog.
2.
Cara Menyusun
Dialog
Langkah-langkah dalam menyusun dialog sederhana sebagai berikut :
1.
Menentukan tema pembicaraan.
2.
Menentukan tokoh yang ikut terlibat dialog tersebut.
3.
Menentukan posisi atau peran masing-masing tokoh.
4.
Membuat garis besar materi pembicaraan.
5.
Menyusun dialog berdasarkan garis besar pembicaraan.
6.
Memperlihatkan kaidah penulisan dialog dengan benar.
3.
Menulis
Dialog Sederhana
Sebelum menyusun dialog, kita perlu memperhatikan penulisan dialog yaitu
ejaan. Ejaan merupakan kaidah cara menggambarkan bumi dalam bentuk tulisan
(huruf) serta penggunaan tanda baca.
Ø Ejaan
a.
Penggunaan tanda petik (“….”)
Tanda petik (“….”) digunakan untuk mengapit petikan langsung dari
pembicaran. Kedua tanda petik ditulis sama tinggi diatas baris.
Contoh:
1)
“kaleng cat bekas jangan dibuang!” kata ibu.
2)
“Untuk apa, Bu?” Tanya Erma.
Kedua kalimat tersebut
disebut kalimat langsung. Kalimat langsung dapat diubah menjadi kalimat tidak
langsung, perubahan itu tidak mengubah arti kalimat itu.
Contoh:
1)
Ibu mengatakan bahwa kaleng cat bekas jangan dibuang.
2)
Erma bertanya kepada Ibu, untuk apa.
b.
Kata hubung “dengan” untuk menyatakan keterangan alat.
Contoh:
1)
Pak tani mengolah tanah dengan cangkul.
2)
Bu Endang memotong sayur dengan pisau.
c.
Kata hubung “karena” untuk menyatakan sebab.
Contoh:
1)
Tanaman layu karena tidak disiram.
2)
Pak tani gagal panen karena diserang hama.
d.
Tanda baca (…)
Tanda baca (…) memiliki makna sebagai berikut.
-
Menunjukkan singkatan
Contoh:
1)
Saya ingin menjadi anggota Palang Merah Remaja (PMR).
2)
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) berada di Jakarta.
-
Menunjukkan persamaan kata
Contoh:
1)
Saya pulang dari rumah sakit menjelang subuh (pagi hari).
2)
Saya bangun dini hari (pukul 03.00).
-
Memperjelas atau menguraikan.
Contoh:
1)
Satu bulan penuh (tanggal 1 sampai tanggal 30) saya berlatih terus.[3]
4.
Syarat
Dialog
Untuk dapat mengadakan dialog yang mendatangkan hasil,
orang-orang yang mengadakan sebaiknya :
a. Mengerti benar makna dan maksud serta
tujuan dialog dan memiliki kecakapan untuk melaksanakannya.
b. Mempunyai pendidikan dan pengetahuan
yang setaraf mengenai topik yang dijadikan bahan dialog.
c. Mempunyai kehendak baik untuk mencari kebenaran. Karena itu
dalam mendengarkan sebaiknya bersikap terbuka, tidak memihak dan tidak
berprasangka.
d. Menciptakan suasana damai dan
tenang, jauh dari emosi dan rasa superior. Menyampaikan gagasan dengan jelas, dan boleh dengan
semangat, tetapi dengan nada enak dan bijak.
e. Dalam keseluruhan dialog hendaknya
bersikap jujur, tulus, tidak manipulatif, mencarai-cari kelemahan rekan dialog,
dan percaya bahwa hal-hal yang dibahas dalam dialog tidak dimanfaatkan di luar
dialog untuk tujuan-tujuan lain demi keuntungan diri.
Dialog dapat digunakan sebagai cara
untuk langsung membahas suatu hal atau sebagai pendahuluan untuk pembahasan
materi yang berat. Hal yang dijadikan bahan dialog meliputi segala bidang
kehidupan : sosial, ekonomi, politik, budaya, etika, moral, agama. Kita dapat
menggunakan dialog untuk komunikasi interpersonal.
5.
Manfaat Dialog
Dialog berperan penting karena menjadi pengarah
lakon drama. Artinya jalan cerita drama itu diketehui oleh penonton melalui
dialog para pemainnya. Agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus di
sertai penghayatan. Selain itu pelafalannya harus jelas sehingga dapat didengar
oleh semua pemua penonton.[4]
Dialog yang dilakukan dengan baik
dan diikuti oleh orang-orang yang memenuhi syarat dapat membuahkan hasil yang
banyak, diantaranya:
a. Pada
tingkat pribadi,
dialog dapat meningkatkan sikap saling memahami dan menerima, serta
mengembangkan kebersamaan dan hidup yang damai saling menghormati dan saling
percaya.
b. Di tempat
kerja, dialog
dapat membantu kelancaran perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kerja.
c. Dalam
masyarakat,
dialog dapat menjadi sarana untuk saling memahami, menerima dan kerja sama
antar berbagai kelompok masyarakat yang berbeda latar belakang budaya,
pendidikan, tingkat ekonomi, ideologi, kepercayaan, dan agama.
d. Dalam
keseluruhan hidup bangsa, dialog dapat memecahkan masalah nasional, merencanakan dan
melaksanakan pembangunan bangsa, dan mengambil arah hidup bangsa menuju masa
depan.[5]
6.
Contoh
Dialog
Dialog dapat digunakan dalam drama, teater. Pembagiannya
antara lain :
a.
Monolog adalah percakapan satu orang atau sendiri.
b.
Dialog adalh percakapan dua orang atau lebih.
c.
Prolog adalah kata-kata dalam pembukaan untuk mengantarkan cerita drama.
d.
Epilog adalah kata-kata penutupan pementasan drama.[6]
Pak Bowo adalah seorang wirausahawan. Ia membuka Toko Buah di depan
rumahnya. Akan tetapi, Pak Bowo juga memiliki kegemaran berkebun. Jika ada
waktu senggang, Pak Bowo pergi ke kebun yang terletak di belakang rumah.
Kebetulan waktu itu hari Minggu , pak Bowo mengajak Erwan putranya untuk
berkebun.
Erwan
|
:
|
“Hari ini kita mau mengerjakan apa, Pak?”
|
Pak Bowo
|
:
|
“Membersihkan kebun dan menanam bayam dan singkong.”
|
Erwan
|
:
|
“Lho…mengapa kita harus menanam bayam, kan kita bisa membelimya di
pasar, Pak!”
|
Pak Bowo
|
:
|
“Itu benar, Akan tetapi, alangkah baiknnya tanah yang kosong dapat
dimanfaatkan.”
|
Erwan
|
:
|
“Benar juga, Pak?”
|
Pak Bowo
|
:
|
“Ya. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memanfaatkan lahan yang
kosong.”
|
Erwan
|
:
|
“Misalnya apa, Pak?”
|
Pak Bowo
|
:
|
“Misalnya saja tanah kita ini. Meskipun tidak terlalu luas, tatapi
dapat dimanfaatkan dengan menanainya berbagai macam tanaman. Ada tanaman ubi,
jagung, papaya, pisang, dan cabai.”
|
Erwan
|
:
|
“Mengapa tanah tidak baik jika dibiarkan kosong, Pak?”
|
Pak Bowo
|
:
|
“Tanah yang kosong tanpa tanaman menjadi kurang subur. Dengan ditanami, maka akan dilakukan pemupukan sehingga
tanah menjadi subur.”
|
Erwan
|
:
|
“Oo…begitu. Sekarang Erwan mengerti.”[7]
|
[1]Tim Kreatif
Putra, Kartika Pratama sarana mencapai
cita Bahasa Indonesia kelas 5 semester 1, Surakarta, Putra Negara, hal 27
Komentar