ATLETIK
A. Sejarah Atletik
Istilah
“Atletik” berasal dari kata Yunani “Atlon” yang berarti “Berlomba” atau
“Bertanding”. Istilah atletik ini juga dapat kita jumpai dalam berbagai bahasa
antara lain dalam Bahasa Inggris “athletic”, dalam Bahasa Perancis
“athletique”, dalam Bahasa Belanda “athletiek”, dalam Bahasa Jerman “athletik”.
Kalau
kita mengatakan perlombaan athletic, pengertiannya adalah mengikuti perlombaan
jalan cepat, lari, lompat, dan lempar yang di dalam Bahasa Inggris digunakan
istilah “Track and Field”, atau kalau kita terjemahkan dalam Bahasa Indonesia
adalah perlombaan yang dilakukan di lapangan (field) atau dalam Bahasa Jerman
“Leicht athletic”. Istilah “athletic” dalam Bahasa Inggris dan “athletik” dalam
Bahasa Jerman mempunyai pengertian yang lebih luas meliputi berbagai cabang
olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan termasuk: renang, bola
basket, tennis, sepakbola, senam, dan lain-lain.
Atletik
pada zaman purba sebenarnya mempunyai gerakan dasar seperti lompat dan lempar
yang telah dikenal oleh bangsa-bangsa primitif pada jaman pra sejarah. Bahkan
dapat dikatakan, sejak adanya manusia, gerakan-gerakan itu telah dikenal. Jika
kita melakukan atletik dengan tujuan mencapai prestasi pada jaman modern ini,
maka lain halnya dengan bangsa primitif pada jaman pra sejarah. Mereka
melakukan gerakan-gerakan jalan, lari, lompat, dan lempar semata-mata untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, mencari makan, mempertahankan diri dari
serangan-serangan biatang buas, dan mengamankan diri terhadap keganasan alam
(banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan lain-lain.
Meskipun
gerakan-gerakan dasar ini telah dikenal sejak adanya manusia, tetapi perlombaan
atletik yang telah dilaksanakan dalam catatan sejarah, baru terjadi pada zaman
purba, sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Hal ini dapat diketahui dari
buku-buku yang dikarang oleh pujangga Yunani, Homeros. Homeros behasil
mengumpulkan cerita-cerita mythos dan legenda-legenda dari bangsa Yunani purba
dan membukukannya. Dalam bukunya yang berjudul “Hiad”, pada bab 23 Homeros
menceritakan dengan sangat terperinci tentang rangkaian perlombaan yang
diselenggarakan sebagai penghormatan dalam upacara pemakaman jenazah Patroclus
seorang sahabat karib dari Achilles.
B. Sejarah Atletik di Indonesia
Di Indonesia atletik
dikenal lewat bangsa Belanda. Namun atletik tidak dikenal secara luas. Yang
mendapat kesempatan melakukan latihan-latihan atletik hanyalah sekolah-sekolah
dan kemiliteran saja, itupun sekedar untuk melengkapi kebutuhan pendidikan
jasmani saja. Organisasi atletik pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun
1917 adalah NIAU (Nederlands Indisehe
Atletiek Unie) yang berarti : “Perserikatan Atletik Hindia Belanda”. Pada
zaman itu tiap tahun diadakan kejuaraan atletik di Jakarta yang
penyelenggaraannya bertepatan dengan penyelenggaraan Pasar Gambir (semacam
Jakarta fair sekarang) pada akhir bulan Agustus atau awal September. Atlet yang
menonjol prestasinya pada zaman penjajahan Belanda itu antara lain: Mohammad
Noerbambang, pelari 100m yang konon pernah mencapai 10,8 detik dan Harun
Alrasyid pelompat tinggi yang pernah melewati mistar mencapai 1,80m dan lompat
jauhnya mendekati 7,00 m.
Pada zaman pendudukan Jepang selama tiga
setengah tahun mulai awal tahun 1942 sampai Agustus 1945, keolahragaan pada
umumnya mengalami perkembangan. Tahun 1943 di Solo
diselenggarkan perlombaan atletik segitiga antar pelajar Sekolah Menengah
Bandung, Yogya, dan Solo. Perlombaan atletik untuk umum juga sering diadakan.
Lari jarak jauh dan lari jarak pendek dengan membawa beban adalah yang paling
sering diperlombakan. Dalam bidang organisasi selama masa pendudukan
Jepang ini juga nampak ada kemajuan. Perhimpunan-perhimpunan atletik juga
bermunculan dibeberapa kota besar, antara lain IKADA (Ikatan Atletik Djakarta),
GABA (Gabungan Atletik Bandung), IKASO (Ikatan Atletik Solo) IPAS (Ikatan
Perhimpunan Atletik Surabaya) dan lain-lain. Pada tahun 1949 oleh ISI (Ikatan
Sport Indonesia) diselenggarakan Pekan Olahraga di lapangan IKADA yang diikuti
oleh sejumlah atlet dari seluruh Jawa. Atlet-atlet yang menonjol pada
pendudukan Jepang antara lain : Soetantio, pelari 100m yang mencapai 11,00 detik.
Soetrisno, atlet Pancalomba dan Bram Matulessi, pelempar Lembing.
Dengan proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh
Soekarno-Hatta, maka terbukalah bagi bangsa Indonesia untuk memajukan dan
mengembangkan bangsa dan negara dalam segala bidang, termasuk memajukan
keolahragaan pada umumnya dan khususnya cabang olahraga atletik. Pada bulan
Januari 1946 dikota Solo diselenggarakan kongres yang ingin menghidupkan
kembali semangat keolahragaan di Indonesia, maka didirikan “PORI” (Persatuan
Olahraga Republik Indonesia). Langkah pertama yang dilakukan PORI adalah
menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON). PON diadakan di Solo dibuka
oleh Presiden Soekarno pada tanggal 12 September 1948, dihadiri oleh wakil
Presiden dengan segenap anggota kabinet, hadir pula wakil-wakil dari negara
lain termasuk pejabat Komisi Tiga Negara PBB diIndonesia. Atlet-atlet yang
terkenal pada waktu itu adalah :
v Soedarmodjo
, sebagai pelompat tinggi
v Arie
Mauladi , sebagai pelompat jangkit
v Soetopo
, menjuarai 5000 m dan 10.000 m
v Nasir
Rosydi , pelari gawang dan lompat jauh
v Fuat
Sahil , pelari 400 m
v Soetrisno
, tolak peluru dan lempar cakram
v Darwati
, pelari 100 m
v Anie
Salamun , Pelempar cakram
Pada tanggal 3
September 1950 berkumpullah tokoh-tokoh atletik Indonesia di kota Semarang
untuk membentuk Induk organisasi atletik bagi seluruh wilayah Indonesia.
Lahirlah organisasi atletik “Persatuan Atletik Seluruh Indonesia” disingkat PASI
pada bulan Desember 1950. Selanjutnya adalah menjadikan PASI dapat diterima
sebagai anggota IAAF agar atlet-atlet Indonesia dapat mengikuti Olympiade dan
perlombaan-perlombaan Internasional lainnya. Pemusatan latihan yang pertama
kali diadakan di Yogyakarta dalam rangka persiapan pengiriman atlet untuk mengikuti
Asian Games I yang diselenggarakan di New Delhi, India pada bulan Maret 1951.
beberapa atlet yang memperoleh medali perunggu pada Asian games I adalah :
v Soedarmodjo
, untuk lompat tinggi
v Hardarsin
, untuk lompat jangkit
v A.F
Matulessy , untuk lempar lembing
v Anie
Salamun , untuk lempar cakram
v Regu
estafet 4 x 400 m atas nama : Tri Wulan, Nyi. Soerjowati, Darwati, dan Lie
Jiang Nio.
PON II
diselenggarakan di Jakarta bulan Oktober 1951. Atletik merupakan perlombaan
nomor utama. Selanjuntnya PASI memutuskan untuk menyelenggarakan kejuaraan
atletik setiap tahunnya.
C. Cabang-Cabang Atletik
Berikut ini adalah cabang-cabang atletik:
1.
Lari
a.
Lari jarak pendek
Lari jarak pendek adalah berlari dengan kecepatan
penuh sepanjang jarak yang telah ditentukan. Lari jarak pendek terdiri dari
lari 100 m, 200 m, 400 m. Gerakan lari jarak pendek dibagi menjadi tiga tahap adalah: star (start yang biasanya digunakan adalah start jongkok), gerakan lari cepat (sprint), dan gerakan
finis.
b.
Lari jarak menengah
Lari jarak menengah adalah lari yang jaraknya
800 m (start jongkok) dan 1500 m (start berdiri). Pada lari 800 m masing–masing
pelari berlari di lintasannya sendiri, setelah melewati satu tikungan pertama
barulah pelari–pelari itu boleh masuk ke dalam lintasan pertama. Yang perlu diperhatikan pada lari jarak menengah:
v
Badan harus selalu
rilaks atau santai.
v
Lengan diayun dan
tidak terlalu tinggi seperti pada lari jarak pendek
v
Badan condong ke
depan kia-kira 15º dari garis vertical.
v
Panjang langkah tetap
dan lebar tekanan pada ayunan paha ke depan, panjang langkah harus sesuai
dengan panjang tungkai. Angkat lutut cukup tinggi (tidak setinggi lari jarak
pendek).
v
Penguasaan terhadap
kecepatan lari (pace) dan kondisi fisik serta daya tahan tubuh yang
baik.
Dalam
lari jarak menengah gerakan lari harus dilakukan dengan sewajarnya, kaki
diayunkan ke depan seenaknya, panjang langkah tidak terlalu dipaksakan kecuali
menjelang masuk garis finis.
c.
Lari jarak jauh
Lari jarak jauh atau marathon
adalah lari jarak jauh dengan jarak yang di tentukan, yakni 21,100 km untuk
setengah Marathon dan 42,195 km untuk Marathon. Start yang biasanya digunakan
adalah start berdiri. Ketika berlari ayunan lengan dan gerakan kaki dilakuakan
seringan-ringannya. Makin jauh jarak lari yang ditempuh makin rendah lutut
diangkat dan langkah juga makin kecil.
d.
Lari halang rintang
Lari halang rintang (steeple – chase) dalam jarak 3000m termasuk
kedalam lari jarak jauh dengan melalui rintangan-rintangan. Rintangan itu ada
dua macam yaitu rintangan gawang dan rintangan air dengan gawang didepannya
(water jump). Cara-caranya adalah :
v Cara Lari Gawang
Biasa
1.
Cara
seperti lari gawang biasa banyak digunakan oleh pelari-pelari yang memang
memiliki kemahiran dalam lari gawang dan oleh pelari-pelari yang jangkung yang
dengan mudah dapat melangkahi rintangan gawang. Yang penting adalah setelah
pelari melampaui gawang dapat menjaga keseimbangan sebaik-baiknya untuk
melanjutkan larinya. Sangat dianjurkan agar dapat bertumpu dengan kaki manapun.
2.
Cara
dengan menginjakkan kaki di atas gawang digunakan oleh pelari-pelari yang belum
mahir atau belum dapat melakukan cara melangkahi gawang yang baik. Cara ini
digunakan juga pada waktu melampaui rintangan air. Banyak yang menggunakan cara
ini karena persamaannya, sehingga tidak perlu melompati rintangan air, maka
setelah kaki menumpu diatas gawang, tidak perlu menolak dengan kuat melakukan
lompatan, tetapi usahakan agar kaki yang lain secepat mungkin mendarat di tanah
untuk seterusnya melanjutkan lari.
v Cara untuk
melampaui rintangan air pada garis besarnya adalah sebagai berikut :
1.
Bertumpu
dari titik setengah meter di muka gawang rintangan air. Lalu melompat ke atas
atas depan, setelah kakinya menapak di atas gawang pada ujung kaki.
2.
Badan
harus dibawa ke muka kaki, kaki yang bertumpu pada gawang menolak sekuatnya,
kaki lainnya diayunkan ke depan sejauh-jauhnya, dan badan masih dalam sikap
sedikit condong ke depan, sehingga menjadi gerakan melompat.
3.
Pada
saat melayang, tangan digunakan untuk menjaga keseimbangan badan dan kaki tumpu
melakukan gerakan permulaan untuk persiapan melangkah waktu kaki ayun mendarat.
4.
Mendarat
dengan kaki ayun sejauh mungkin mencapai ujung bak air, dan sedikit mungkin
masuk dalam air. Kaki yang mendarat sedikit di tekuk, dan badan tetap dalam
keadaan sedikit condong ke depan. Kaki lainnya diangkat untuk melangkah ke
depan.
e.
Lari sambung
Lari sambung (estafet)
dilaksanakan secara bergantian atau beranting yaitu dengan memindahkan tongkat
sambil berlari cepat dari pelari sebelumnya ke pelari berikutnya. Jarak lari
estafet yang sering diperlombakan adalah nomor 4 x 100 meter dan nomor 4 x 400
meter.
2. Lompat
a.
Lompat tinggi
Lompat tinggi adalah salah satu keterampilan untuk melewati mistar yang berada
di kedua tiangnya. Tinggi
tiang mistar minimal 2,5 meter, sdan panjang mistar minimal 3,15 meter. Ketinggian lompatan yang dicapai oleh seorang
pelompat tergantung dari kemampuan dan persiapan bertanding dari masing-masing
atlet. Adapun
gaya straddle yaitu dimana
ketika badan melewati mistar dengan cepat diputar atau dibalikkan, sehingga
sikap badan di mistar telengkup.
b.
Lompat galah
Lompat galah hamper sama dengan lompat tinggi
yaitu sama-sama melopati mistar. Lompat galah adalah lompat yang memakai tongkat. Galah yang mempunyai panjang
4-5 meter terbuat dari fiberglass, dulunya terbuat dari bambu. Setiap pelompat
mempunyai kesempatan tiga kali untuk melewati mistar yang dinaikan 8-15 cm.
Bila lompatan ketiga gagal, maka pelompat tersebut didiskualifikasi.
c.
Lompat Jauh
Lompat Jauh adalah Suatu akivitas
gerakan yg dilakukan di dalam lompatan untuk mencapai lompatan yg sejauh-sejauhnya.
Ukuran Lapangan lompat jauh untuk jarak awalan lari sampai balok tumpuan 45m,
balok tumpuan tebal 10cm, panjang 1,72m, lebar 30cm, bak lompatan panjang 9m,
lebar 2.75m, kedalaman bak lompat ± 1 meter. Gerak lompat jauh merupakan
gerakan dari perpaduan antara Kecepatan (speed), Kekuatan (stenght),
Kelenturan (flexibility), Daya tahan (endurance), Ketepatan (acuration).
Para
peneliti membuktikan bahwa suatu prestasi lompat jauh tergantung pada kecepatan
daripada awalan atau ancang-ancang. oleh karenanya di samping memiliki
kemampuan sprint
yang baik harus didukung juga dengan kemampuan dari tolakan kaki atau tumpuan.
3.
Lempar
Lempar Lembing adalah olahraga dengan cara atlet memegang lembing dan
melemparkannya setelah memulai gerakan hanya sejauh 4 meter. Lembing yang digunakan terbuat dari bamboo
dengan mata lembing terbuat dari logam untuk Putra beratnya 800 gram dengan
panjang 2,70 m, sedangkan Putri beratnya 600 gram dengan panjang 2,30 m.
Lembing
dipegang pada bagian pegangannya yang diikat dengan tali sepanjang 20cm, dengan
jari kelingking terdekat pada ujung lembing, sedangkan ibu jari dan telunjuk
atau telunjuk dan jari tengah memegang erat ikatan tali pegangan yang berbentuk
tonjolan. Pegangan itu harus kuat dan jari-jari lainya menahan lembing di atas
telapak tangan. Telapak tangan harus tetap menghadap ke atas selama gerakan
melempar.
Cara
memegang lembing ada 3 yaitu jika dipegang di atas bahu, ujung lembing ke atas,
jika dipegang di depan dad , ujung lembing ke bawah, dan jika dipegang di
belakang, menempel pada tangan yang memegang lembing diluruskan. Setiap pemain
mempunyai hak melempar 3 kali, jika ketiganya gagal maka akan didiskualifikasi.
Selain itu pemain juga akan didiskualifikasi apabila:
v Lembing
tidak dipegang pada pembalutnya
v 2
menit dipanggil belum melempar
v Menyentuh
besi batas lemparan sebelah atas
v Keluar
lewat garis sektor lempar setelah melempar
v Lembing
jatuh di luar garis sektor lempar
v Ujung
lembing tidak membekas pada tanah
b.
Lempar cakram
Lempar cakram adalah salah satu cabang olahraga atletik. Cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220 mm
dan berat 2 kg untuk laki-laki, 1 kg untuk perempuan. Lempar cakram
diperlombakan sejak olimpiade I tahun 1896 di Athena, Yunani.
Cara memegang cakram yaitu
memegang buku ujung jari-jari tangan, ibu jari memegang samping cakram,
kemudian pergelangan tangan ditekuk sedikit ke dalam. Cara mengayunkan cakram
adalah ayunkan cakram dengan ring ke depan dan kebelakang di samping tubuh.
Pada saat mengayunkan cakram, tangan yang memegang cakram direntangkan sampai
lurus. Jangan sampai lepas
4.
Tolak peluru
Tolak peluru adalah olahraga melemparkan bola
besi yang berat sejauh mungkin. Peluru yang digunakan terbuat dari besi
berbentuk oval dengan ruang lingkaran lebar 5x3 meter. Peluru harus didorong
keluar dengan kecepatan maksimal, dengan sudut kira-kira 40 derajat. Posisi
untuk menolak harus ditekankan pada kaki. karena kaki adalah bagian yang
terkuat dari badan.
Cara memegang peluru adalah peluru harus
terletak pada akar jari-jari tangan. Jari pertama, kedua dan ketiga (telunjuk,
jari tengah dan kelingking) merupakan titik-titik utama untuk membantu
melontar. Jari-jari berdekatan. Jari kelingking dan ibu jari menjaga agar
peluru tidak tegeser ke samping. Peluru harus tetap berada di posisi di bawah
rahang. Latihan Yang pertama, gerakan menolak dari lengan. Peluru harus
didorong dari tempatnya bertopang di leher. Pada waktu menolak, siku harus
setinggi mungkin dan mengikuti terus di belakang peluru, ketika peluru sudah
dilepaskan, jangan sekali-kali membiarkan lengan tertuju dibawah peluru atau
terburu-buru ditarik. kedua kaki sejajar berdampingan, menghadap ke arah
sasaran lemparan dan jarak antara kaki ini lebih lebar sedikit dari lebar
pinggul. Berat peluru untuk
senior putra = 7.257 kg, untuk senior putri = 4 kg, untuk yunior putra = 5 kg,
dan untuk yunior putri = 3 kg.
Komentar