MAZHAB

1.      Pengertian mazhab

Mazhab secara bahasa adalah pendapat, kelompok, aliran, yang bermula dari pemikiran. Menurut istilah mazhab adalah ijtihad seseorang imam dalam memahami sesuatu hukum fikih.

Dalam fikih atau hukum, terdapat empat mazhab besar, yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. Berikut ini biografi empat mazhab besar:

a.      Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi atau Hanafiah didirikan oleh Nu’man bin Sabit yang lahir di Irak pada tahun 80 H (699 M), pada masa kekhalifahan Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan. Beliau diberi gelar Abu Hanifah (suci dan lurus) karena kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak mulia serta menjauhi perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab fikihnya dinamakan Mazhab Hanafi. Gelar ini merupakan berkah dari do’a Ali bin Abi Thalib ra pada saat ayahnya (Tsabit) diajak oleh kakeknya (Zauti) untuk berziarah ke kediaman Ali bin Abi Thalib ra di Kufa. Beliau termasuk tabi’in, semasa hidupnya beliau pernah bertemu dengan Anas bin Malik (sahabat) dan meriwayatkan hadis terkenal, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim,” Imam Abu Hanifah dikenal sebagai terdepan dalam “ahlur ra’yi”, ulama yang baik dalam penggunaan logika sebagai dalil. Murid-murid dari Abu Hanifah antara lain Abu Yusuf (113-182 H) dan Muhammad bin Hasan asy-Syaibani (132-189 H).

 

b.      Mazhab Maliki

Mazhab Maliki atau Malikiah didirikan oleh Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir al-Asybahi atau Imam Malik. Malik tidak pernah meninggalkan kota Madinah kecuali untuk keperluan ibadah haji. Malik termasuk periwayat hadis. Karyanya adalah al-Muwatta’ (hadis yang bercorak fikih). Pemikirannya juga banyak menggunakan tradisi (amalan) warga Madinah. Murid-murid beliau antara lain asy-Syaibani, asy-Syafi’i, Yahya bin Yahya al- Andalusi, Abdurrahman bin Kasim, dan Asad al-Furat at-Tunisi. Dalam Ushul Fikih, ia banyak menggunakan maslahah mursalah (kemaslahatan umum).

c.       Mazhab Syafi’i

Mazhab Syafi’i atau Syafi’iyah didirikan oleh Muhammad bin Idris asy-Syafi’i bin Utsman bin Syafi’i Al-Hisyami Al-Quraisyi Al-Muthalibi. Beliau terkenal dengan sebutan asy-Syafi’i atau Imam Syafi’i. Dan nasabnya bersambung dengan Rasulullah Saw. pada kakeknya, Abdul Manaf bin Qushai. Lahir pada tahu 150 H di Gazza, Palestina. Sejak kecil Imam Syafi’i sangat cepat menghafal,sehingga pada  umur 7 tahun beliau hafal al-Qur’an. Belajar fikih kepada  Muslim bin Khalid Az-Zanji sehingga mengizinkan Imam Syafi’i memberi fatwa, ketika masih berusia 15 tahun. Hidupnya dilalui di Baghdad, Madinah, dan terakhir di Mesir. Karena itu corak pemikirannya adalah konvergensi atau pertemuan antara tradisionalis dan rasionalis. Selain berdasar pada al-Qur’an, sunah, dan ijma’, Imam Syafi’i juga perpegang pada qiyas. Ia disebut-sebut sebagai orang pertama yang membukukan ilmu ushul fikih, dengan karyanya ar-Risalah. Pemikirannya cenderung moderat, yang diperlihatkan dalam qaul qadim (pendapat yang lama) dan qaul jadid (pendapat yang baru)-nya. Mazhab Syafi’i banyak dianut di Mesir, Palestina, Suriah, Libanon, Irak, Hijaz, India, Persia (Iran), Yaman, dan Indonesia.

d.      Mazhab Hanbali

Mazhab Hambali atau hanabilah didirikan oleh Ahmad bin Muhammad bin Hambal atau Imam Hambali. Imam Hambali lahir tahun 164 H. Beliau berguru kepada Abu Yusuf dan Imam Syafi’i. Corak pemikirannya tradisionalis (fundamentalis). Selain berdasar kepada al-Qur’an, sunah, dan pendapat sahabat, ia juga menggunakan hadis mursal dan qiyas jika terpaksa. Selain seorang ahli hukum ia juga ahli hadis. Karyanya yang terkenal adalah Musnad (kumpulan hadis-hadis Nabi Muhammad Saw.). pengikut-pengikutnya antara lain Ibnu Aqil, Abdul Qadir al-Jili, Ibnu al-Jauzi (1114-1201), Ibnu Qudamah bin Jafar al-Katib, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, dan Abdul Wahhab. Penganut Mazhab Hambali banyak terdapat di Irak, Mesir, Suriah, Palestina dan Arab Saudi.


2.      Dasar Hukum Bermazhab

 

 

 

Artinya : Para ulama itu pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham (kekayaan), sebaliknya mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya (ilmu) maka dia telah mengambil keuntungan yang banyak. (HR. Abu Dawud )

 

Bermazhab itu sangat penting bagi seorang mukmin agar pemahaman dan praktik agamanya benar. Karena bermazhab merupakan metode untuk mengetahui hukum suatu peristiwa yang dihadapi dengan merujuknya pada fikih mazhab tertentu.

 

3.      Klasifikasi Bermazhab

a.       Taqlid

1.      Pengertian Taqlid

Taqlid menurut bahasa mengikuti, meniru, membuat tiruan. Sedangkan menurut istilah taqlid adalah Menerima ucapan tanpa hujjah atau Mengambil perkataan orang lain tanpa dalil.

2.      Hukum bertaqlid dan ketentuan taqlid

Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan melarang orang Islam ikut-ikutan dalam menjalankan agama, diantaranya adalah:



 

 

 

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".(QS. Al-Baqarah [2]: 170)

 

Adapun mengenai ketentuan bertaqlid  berdasarkan firman Allah Swt. sebagai berikut:

 





Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa ada isyarat dari Allah Swt. kepada manusia untuk bertaqlid. Menurut A. Hanafie yang diperbolehkan bertaqlid ialah orang awam (orang biasa) yang tidak mengerti metode ijtihad. Ia diperbolehkan mengikuti pendapat orang pandai dan mengamalkannya.

 

b.      Ittiba’

Ittiba’ ialah menerima (mengikuti) perkataan orang yang mengatakan sedangkan engkau mengetahui atas dasar apa ia berpendapat demikian. Seorang mukmin wajib mengikuti (ittiba’) kepada Nabi Muhammad Saw supaya setiap perbuatannya sesuai dengan tuntunan Allah Swt. dan Rasul-Nya.  

c.       Talfiq

Talfiq dalam arti: “ beramal dalam urusan agama dengan berpedoman kepada petunjuk beberapa mazhab”. Ada pula yang memahami talfiq itu dalam lingkup yang lebih sempit, yaitu dalam satu masalah tertentu. Umpamanya talfiq dalam masalah persyaratan sahnya nikah, yaitu dengan cara: mengenai persyaratan wali nikah mengikuti satu mazhab tertentu, sedangkan mengenai persyaratan penyebutan mahar mengikuti mazhab yang lain.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

AL-QOWAIDUL KHAMSAH

SUMBER HUKUM ISLAM YANG MUTTAFAQ DAN MUKHTALAF

KAIDAH AMAR DAN NAHI